Tak Terima Disebut Pantai Terkotor, Kades dan Karang Taruna Ancam Somasi Pandawara

JABAR EKSPRES – Imbas dari unggahan viral yang dibuat Pandawara Group di akun TikTok yang menyebut pantai Loji di Sukabumi merupakan pantai terkotor nomer 4, membuat Kepala desa (Kades) setempat tidak terima dan megancam akan somasi Pandawara.

Bukan hanya Kades Sangrawayang Muhtar, yang mengaku tidak terima pantai diwilayahnya disebut sebagai pantai terkotor, Ketua Karang Taruna Simpenan, Deris Alfauzi juga menyayangkan adanya unggahan tersebut.

Pantai Loji yang berlokasi di Kampung Cibutun, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, memang terlihat sangat kotor dalam video yang diunggah Pandawara Grup tersebut

Baca juga : Terinspirasi dari Pandawara Group, Camat Cileunyi Minta Bersihkan Sungai Jadi Giat Rutinan Warga

Namun Deris Alfauzi menyebut bahwa predikat pantai terkotor tidak bisa sembarangan disematkan, tapi haruslah berdasarkan pada bukti, hasil observasi, atau penelitian yang akurat, bukan asal

“Kami sangat menyayangkan tidak ada komunikasi terlebih dahulu karena ada tulisan bahwasannya pantai cibutung itu adalah pantai terkotor keempat di Indonesia dan kita pun sedang mempertanyakan apakah itu berdasarkan bukti-bukti yang ada, hasil observasi atau penelitian,” ucap Deris Alfauzi.

Denis yang mengaku mewakili Karang Taruna, KNPI dan organisasi masyarakat lain didesa tersebut menyebut akan melakukan somasi pada Pandawara Grup bila tidak memberikan klarifikasi terkait unggahannya tersebut.

Baca juga : Aksi Pandawara Group di Sungai Cikeruh Diapresiasi Bupati Bandung: Inovasi dan Kreatifitas Luar Biasa

“Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada klarifikasi atau konfirmasi yang memadai, kami akan mengambil langkah hukum, termasuk somasi dan pelaporan, terkait dengan konten tersebut,” terangnya.

Hal yang sama juga disebutkan oleh Kades Sangrawayang, Muhtar yang dengan tegas menolak aksi dari Pandawara Grup yang akan membersihkan pantai Loji.

Dia menyayangkan pihak Pandawara sama sekali tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak pemerintahan desa sebelum melakukan aksi tersebut. Sehingga pihaknya sama sekali tidak mengetahui akan ada aksi tersebut.

“Sedangkan kalau di Desa Sangrawayang ada tiba-tiba, tidak mengerti saya juga. Bahkan masuk medsos, jadi seolah-olah desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, cemar nama baiknya,” tegas Muhtar dikutip dari unggahan di Instagram @sekitarjabar.id.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan