BANDUNG, JABAR EKSPRES – Harga komoditi beras masih ‘mencekik’ para pedagang. Imbasnya, omset harian mereka pun mengalami penurunan sedari tiga bulan yang lalu. Tepatnya semenjak harga beras mulai naik pada awal Agustus 2023 kemarin.
Salah satunya seperti yang diutarakan para pedagang beras di Pasar Induk Gedebage, Kota Bandung. Isa, (44), mengatakan harga beras hingga saat ini masih belum juga mengalami penurunan.
Justru sebaliknya, harga cenderung terus naik. Dia merinci, kendati sempat ada penurunan, kenaikan harga tersebut secara konsisten terjadi sekira dua atau hampir tiga bulan yang lalu.
“Sekarang untuk harga yang semula Rp10.000/kilogram (kg)menjadi Rp13.000/kg, lalu Rp11.000/kg jadi Rp14.000/kg, dan (harga beras premium) yang asalnya Rp13.000/kg saat ini menyentuh Rp16.000/kg,” rinci Isa saat ditemui Jabarekspres, di Pasar Induk Gedebage, Selasa 26 September 2023.
Menurut Isa, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan kenaikan harga dari para penyuplai beras. Diantaranya musim kemarau yang belum juga berakhir.
Namun disinggung menyoal stok ketersediaan komiditi beras, Isa mengaku bahwa masih terbilang aman. Saat ini kenaikan tidak mempengaruhi stok yang berada di kiosnya.
BACA JUGA: Pj Gubernur Jabar Sebut Tingginya Harga Beras di Pasaran Akibat Kekeringan
“Stok mah aman, cuman harga saja yang naik. Dari bulan panen juga ada (stok aman),” jelas Isa.
“Kalau kenapa bisa mahalnya, ada kabar bahwa (penyebabnya) kurang barang dari daerah. Apalagi terjadi sejumlah gagal panen,” lanjutnya.
Berbicara tentang kerugian, tentu Isa merasakan hal demikian. Bahkan penurunan omset pun dirasakannya sejak awal Agustus 2023 kemarin.
“Kenaikan udah terasa sejak dua bulan. Ada (naik) seribu (rupiah) seribu. Berharap mah ada stabilitas harga. Tong naik wae (jangan naik terus). Lumayan (rugi). Kalau dihitung-hitung ada penurunan sebanyak 10 persen. Tapi ngereyeuh,” tandasnya.
Senada dengan Isa, pedagang beras lainnya, Saepuloh, (52), menyebutkan bahwa kenaikan yang terjadi “berhasil” menghilangkan untung dalam setiap penjualan barang dagangnya tersebut.
Alih-alih meraup untung, Mang Uloh, sapaan akrabnya, mengaku ongkos tambahan pun dirogoh untuk menambal uang kerugian. “Bukan ngaruh lagi, ini jadi nambahin modal,” jelasnya.