PBB: Korban Tewas dalam Banjir Dahsyat di Libya Telah Mencapai 11.300 Orang

JABAR EKSPRES – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat bencana banjir di Derna, yang terletak di bagian timur Libya, telah melonjak menjadi 11.300 orang.

Pengumuman ini disampaikan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu, 16 September 2023.

Selain itu, PBB juga mengungkapkan bahwa masih ada 10.100 orang yang belum ditemukan di dalam kota yang hancur tersebut, yang menambah jumlah korban jiwa yang sangat besar.

Tragisnya, situasi yang mengerikan tidak hanya terjadi di Derna, karena update terbaru menegaskan bahwa di bagian lain dari Libya timur, 170 nyawa tambahan telah direnggut oleh bencana banjir.

BACA JUGA: Aktivis Iklim di Seluruh Dunia Akan Gelar Demo Besar-Besaran, Desak Penghentian Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Kabar terbaru ini menyusul pernyataan dari Bulan Sabit Merah Libya dua hari sebelumnya, di mana mereka telah melaporkan jumlah korban tewas melebihi 11.000 orang dan jumlah orang hilang mencapai 10.100 orang.

Bencana ini terjadi ketika Badai Daniel menghantam wilayah timur negara tersebut minggu lalu, menyebabkan dua bendungan yang terletak di hulu sungai Derna jebol.

Banjir yang terjadi kemudian membanjiri dasar sungai yang sebelumnya kering, membelah kota pesisir yang berpenduduk 100.000 jiwa tersebut.

Pemandangan kehancuran yang terjadi benar-benar seperti kiamat. Seluruh lingkungan dan penduduknya tersapu tanpa ampun ke Laut Mediterania.

BACA JUGA: Penelitian Terbaru: Sistem Ketahanan Bumi Makin Melemah, Keberlangsungan Umat Manusia di Ambang Bahaya

Pertanyaan-pertanyaan serius kini muncul mengenai mengapa bencana ini tidak dapat dicegah, terutama ketika keretakan pada bendungan telah diketahui sejak tahun 1998.

Menanggapi kekhawatiran publik yang semakin meningkat, Jaksa Agung Al Sediq al Sour secara resmi telah meluncurkan investigasi terhadap situasi yang menyebabkan runtuhnya bendungan tersebut.

Kondisi infrastruktur Libya yang runtuh, termasuk dua bendungan yang seharusnya melindungi Derna, dapat dikaitkan dengan kelalaian, konflik, dan perpecahan yang terjadi selama bertahun-tahun di negara tersebut.

Seiring dengan rusaknya struktur-struktur penting ini, mereka semakin tidak mampu menahan kekuatan alam.

BACA JUGA: Lebih dari 4.000 Orang Meninggal dan Puluhan Ribu Orang Hilang dalam Bencana Banjir Dahsyat di Libya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan