JABAR EKSPRES- Penanganan dan distribusi bantuan kepada korban gempa di Maroko mengalami kendala. Warga yang terdampak kesulitan mendapatkan akses makanan, air, dan tempat perlindungan pada Ahad (10/9/2023).
Upaya pencarian orang yang masih hilang terus dilakukan di desa-desa terpencil, sementara jumlah korban jiwa telah melebihi 2.100 orang dan diperkirakan akan terus bertambah.
Banyak orang terpaksa menghabiskan malam ketiga di jalanan. Tim bantuan menghadapi tantangan berat untuk mencapai desa-desa yang paling terdampak di High Atlas, sebuah wilayah pegunungan yang pemukimannya seringkali sulit dijangkau, dan banyak rumah yang hancur.
BACA JUGA : Maroko Diguncang Gempa Dahsyat: Lebih dari 2.100 Jiwa Meninggal Dunia, Pencarian Korban Selamat Semakin Intensif
Di Moulay Brahim, sebuah desa 40 kilometer selatan Marrakesh, warga menceritakan bagaimana mereka mencari mayat di tengah puing dengan tangan kosong.
Di lereng bukit menghadap desa, seorang perempuan berusia 45 tahun dan putranya yang berusia 18 tahun dimakamkan bersama setelah keduanya meninggal. Tangisan histeris terdengar saat jenazah turun ke dalam kubur.
Seorang penduduk bernama Hussein Adnaie yakin masih ada orang yang terperangkap di reruntuhan. Dia berpendapat bahwa bantuan yang diperlukan tak kunjung tiba, sehingga menyebabkan korban lebih banyak. “Saya menyelamatkan anak-anak saya dan berusaha mencari selimut dan pakaian bagi mereka dari reruntuhan,” ujar Adnaie.
Yassin Noumghar, seorang warga lain, mengeluhkan kekurangan air, makanan, dan listrik. Ia menyatakan bahwa bantuan dari pemerintah baru sedikit yang diterimanya.
Di Desa Amizmiz yang terdampak paling parah, warga menyaksikan tim penyelamat menggunakan alat mekanis untuk mencari orang di bawah reruntuhan rumah.
“Mereka mencari seorang pria dan putranya. Salah satunya mungkin masih hidup,” kata Hassan Halouch, seorang mantan tukang bangunan.
BACA JUGA : Maskapai Air China Mendarat Darurat di Bandara Changi Akibat Mesin Terbakar
Sayangnya, tim hanya menemukan jenazah. Tentara, yang dikerahkan untuk membantu operasi penyelamatan, mendirikan kamp dengan tenda untuk para pengungsi. Kebanyakan toko rusak atau tutup, membuat warga kesulitan mendapatkan makanan dan barang kebutuhan.
Mohammed Nejjar, seorang buruh, mengatakan, “Kami masih menunggu tenda. Kami belum punya apa-apa.” Ia mendapat sedikit makanan dari seorang pria, tapi itulah satu-satunya bantuan sejak gempa terjadi. Tidak ada satu toko pun yang buka, dan orang-orang takut masuk ke dalam jika atapnya roboh,” tambah Nejjar.