Dampak Serius Fenomena El Niño, Salju Abadi Puncak Jaya Papua Terancam Lenyap

JABAR EKSPRES – Fenomena El Niño juga turut memberikan dampak serius bagi berbagai sektor di Indonesia.

Salah satu peristiwa mengkhawatirkan adalah mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua, yang merupakan akibat langsung dari fenomena cuaca ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa pencairan salju abadi di Puncak Jaya adalah konsekuensi nyata dari perubahan iklim yang semakin terasa.

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menjelaskan bahwa wilayah Indonesia memiliki karakter unik dalam konteks tropis karena memiliki keberadaan salju abadi.

BACA JUGA: Berapa Lama El Niño Terjadi di Tahun 2023? Begini Kata Organisasi Meteorologi Dunia

Keberadaan ini telah lama menarik perhatian para ilmuwan, peneliti, dan penggemar alam.

Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, luas area salju abadi di Puncak Jaya melaporkan penurunan yang signifikan.

Hal ini menjadi perhatian serius, terutama karena fenomena El Niño yang terjadi pada tahun ini semakin mempercepat proses kepunahan tutupan es tersebut.

Dwikorita menekankan bahwa konsekuensi dari fenomena ini sangat besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah Puncak Jaya dan sekitarnya.

BACA JUGA: Darurat Krisis Iklim! 60 Ribu Orang di Eropa Meninggal Akibat Cuaca Panas Ekstrem

Kondisi salju abadi yang semakin terancam punah akan memiliki implikasi yang merata, mulai dari lingkungan hingga kehidupan manusia.

“Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut,” ungkap Dwikorita dalam keterangan pada Rabu, 23 Agustus 2023, dikutip dari Disway.id.

Menurut pernyataan Dwikorita, Kepala BMKG, hasil pemantauan sejak awal pengamatan hingga saat ini menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan, di mana tutupan es di Puncak Jaya terus mengalami pencairan yang mengarah ke kepunahan.

Pada tahun 2010, tebal es diperkirakan mencapai 32 meter dan laju penipisan mencapai 1 meter per tahun pada periode 2010-2015.

BACA JUGA: Krisis Iklim Menyebabkan Meningkatnya Resiko Penyakit DBD dan Chikungunya di Eropa

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan