JABAR EKSPRES – Akibat krisis iklim, pejabat Uni Eropa memperingatkan perihal meningkatnya risiko penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah dan chikungunya.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, krisis iklim di Eropa yakni berupa peningkatan suhu yang berkelanjutan, dengan gelombang panas dan banjir yang menjadi lebih sering dan parah, serta musim panas yang semakin panjang dan hangat.
Selain itu, krisis iklim menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi spesies nyamuk invasif seperti Aedes albopictus dan Aedes aegypti.
Baca Juga:11 Lagu Iwan Fals tentang Politik, Kritik Keras Atas lewat Nada Atas Ketimpangan Sosial!Julid, Biden Sebut Xi Jinping sebagai Diktator, Hubungan AS dan Cina Kembali Menegang
Laporan yang dikeluarkan oleh badan yang berbasis di Stockholm menyatakan bahwa Aedes albopictus, yang merupakan vektor chikungunya dan virus demam berdarah, telah menyebar lebih jauh ke utara dan barat di Eropa.
Namun, tahun ini, nyamuk tersebut telah berkembang biak di 13 negara dan mencakup 337 wilayah, demikian kata ECDC.
“Jika ini terus berlanjut, kita akan melihat lebih banyak kasus dan kemungkinan kematian akibat penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, dan demam West Nile,” kata direktur ECDC Andrea Ammon.
Ia pun mengatakan masalah ini harus segera ditangani sebelum memiliki dampak yang lebih jauh.
Untuk melindungi diri, masyarakat dapat menggunakan kelambu, tidur atau istirahat di ruangan yang berkabut atau ber-AC, mengenakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh, dan menggunakan obat nyamuk, kata ECDC.