Selain kepada yang membutuhkan, ia juga memberikan hasil Buruan Sae kepada warga yang aktif dalam pemilahan sampah sebagai reward untuk mereka.
Merespon program tersebut, Lurah Sukamiskin, Farida Agustin mengatakan, Buruan Sae menjadi salah satu program andalan di wilayahnya. Bahkan, melalui program tersebut, Kelurahan Sukamiskin bisa menyabet Juara 1 Kelurahan Terbaik se-Jawa Barat.
“Buruan Sae ini juga merupakan upaya kami untuk mencegah stunting. Kita lakukan penanaman sayur mayur pertanian di lahan tidur. Hasil panen digunakan untuk kebutuhan masyarakat sekitar,” kata Farida.
Ia menyebutkan, secara keseluruhan, angka rentan stunting di Sukamiskin pada tahun 2022 tercatat ada 94 anak. Angka ini menurun dari tahun 2021 yakni sebanyak 202 anak.
Tak tanggung-tanggung, anggaran Kelurahan Sukamiskin Rp3,3 miliar digelontorkan untuk pemberdayaan dan sarana prasarana.
“Ada yang melalui program PIPPK, LPM, Karang Taruna, PKK, dan RW. Ini kami sebar ke beberapa program, salah satunya Buruan Sae. Bahkan, kami juga berkolaborasi dengan pihak swasta untuk CSR,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menyampaikan, tepat pada hari ulang tahun Republik Indonesia, 17 Agustus silam, program Buruan Sae Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendapatkan penghargaan tertinggi Piala Abdibaktitani 2023 yang langsung diberikan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Ia mengungkapkan, sejak tahun 2021 sampai sekarang, banyak perkembangan baru dari Buruan Sae. Hal ini menjadi salah satu penilaian lebih dari pihak kementerian.
“Dari jumlah kelompok pun semakin signifikan. Pada 2021 baru sampai 150 kelompok. Kini sudah ada 375 titik kelompok Buruan Sae di Kota Bandung,” sebut Gin Gin.
Buruan Sae tidak hanya mengembangkan ketersediaan pangan, tapi juga jadi solusi pengendalian inflasi. Bahkan, ia optimis program tersebut bisa menjadi solusi ketahanan pangan di tengah musim kemarau dan fenomena El Nino.
Meski mendapat penghargaan, Gin Gin mengakui, Kota Bandung belum sepenuhnya mampu untuk memproduksi kebutuhan pangan sendiri. Namun, dengan kehadiran Buruan Sae, masyarakat mampu mengembangkan ketersediaan pangan.
“Dari hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2020, sebanyak 96,42 persen kebutuhan pangan Kota Bandung diperoleh dari daerah lain. Lalu di tahun 2022 kita melakukan perhitungan itu lagi. Hasilnya ternyata ada penurunan cukup signifikan menjadi 90,16 persen,” ucapnya.