5 Kriteria Manusia Yang Sulit Meninggalkan Maksiat

JABAR EKSPRES – Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki hubungan dengan manusia lain. Dalam berhubungan ini ada yang memberikan pengaruh baik ada juga yang buruk. Tidak sedikit orang melakukan perbuatan maksiat karena pengaruh buruk orang lain, dan akan semakin sulit di nasehati untuk meninggalkan maksiat bila memiliki beberapa kriteria yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Saat melakukan maksiat, ada yang sadar bahwa perbuatannya tersebut dilarang agama, namun tidak sedikit pula yang merasa benar, bahkan menganggap perilakunya berdasar tuntunan agama. Sehingga susah untuk diberikan nasehat agar meninggalkan maksiat tersebut.

Mengingat banyaknya aliran keagamaan yang ada di Indonesia, kadang memberikan kepercayaan dan keyakinan berlebihan pada seseorang, sehingga menganggap aliran yang lain salah.

Baca juga : Dinilai Riba dan Bertentangan dengan Agama, Aturan Bunga Bank Digugat ke MK

Hal ini pula yang kadang menjadi ketersinggungan antar manusia, dan menjadi perpecahan. Padahal jika mau sama-sama terbuka menerima pandangan orang lain tanpa harus saling menyalahkan maka bisa tercipta kedamaian.

Berbagai macam tindakan maksiat yang terjadi bisa juga karena susahnya manusia menerima masukan atau nasehat, hal ini karena merasa paling benar sehingga pendapat orang lain diabaikan.

Berikut beberapa kriteria manusia yang sulit untuk menerima nasehat agar meninggalkan maksiat :

1. Pelaku Bid’ah

Mereka menganggap bid’ah itu ada yg hasanah. Menganggap suatu amalan itu hanya yg penting baik, tanpa peduli ada tuntunannya atau tidak. Tanpa peduli, amalan itu diterima atau tidak. Mereka menganggap apa yg mereka amalkan adalah suatu kebaikan. Orang yg sudah merasa baik, akan sulit untuk diperbaiki.

2. Pecinta musik

Walaupum sudah jelas dalil tentang haramnya alat musik, namun mereka tetap menganggap bahwa musik itu diperbolehkan karena ada yang islami dan yang penting lirik lagunya baik.

3. Perokok

Mereka akan bersikukuh menanyakan dalil pengharaman rokok. Bagi mereka, dalam Al-Qur’an tak pernah ada penyebutan rokok itu haram secara gamblang. Mereka menganggap rokok itu “hanya” makruh.

Jikapun kita sepakati rokok itu makruh, pertanyannya adalah, bukankah kita sama-sama tahu bahwa sesuatu yg makruh adalah sesuatu yg dibenci Allah, Namun kenapa masih mau ngelakuin hal yg Allah benci.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan