JABAR EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan tentang El Nino 2023 di Indonesia dan potensi dampaknya. Termasuk kekeringan di beberapa wilayah.
El Nino atau El Nino-Southern Oscillation (ENSO) adalah anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di dekat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi dari rata-rata normalnya.
Baca juga : NASA Ungkap Waktu Tempuh Perjalanan Bumi ke Neptunus Sangat Lama
Kondisi ini menyebabkan perairan di wilayah Amerika Selatan menjadi hangat dan berhubungan dengan pemanasan lautan di bagian timur Samudera Pasifik hingga garis batas penanggalan internasional di tengah Pasifik.
El Nino meningkatkan pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Sehingga dapat menyebabkan kondisi kekeringan secara umum.
El Nino umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia. Terutama pada musim kemarau yang berlangsung dari Juli hingga Oktober.
Puncak musim kemarau dampak dari El Nino diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan September. Meskipun periode tersebut bisa berbeda di wilayah Indonesia.
Beberapa wilayah di Indonesia yang berpotensi terdampak El Nino adalah Sumatera bagian tengah hingga selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan.
Baca juga : Cacing Purba Kembali Hidup Setelah 46.000 Tahun Membeku
Untuk menghadapi puncak kemarau yang lebih kering akibat El Nino 2023, pemerintah dan lembaga terkait melakukan sejumlah antisipasi. Termasuk modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan dan menyetok air di danau, embung, dan sumur.
Upaya tersebut dilakukan untuk memastikan ketersediaan air dan mengurangi dampak berat pada masyarakat.
BNPB bekerja sama dengan BMKG, BRIN, BRGM, dan lembaga terkait lainnya untuk melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca guna mendatangkan hujan.