Terungkap! Ternyata Panji Gumilang Pernah Jadi Komisaris Bank, Begini Kronologinya

JABAR EKSPRES – Perjalanan hidup Panji Gumilang, seorang tokoh kontroversial yang kini menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, kini terungkap lebih dalam.

Kabar mengejutkan datang dari Aiman Witjaksono, mantan pengikut Panji Gumilang yang kini menggunakan nama Sukanto.

Dalam sebuah wawancara eksklusif, Sukanto mengungkapkan fakta menarik terkait masa lalu Panji Gumilang yang tak pernah terdengar sebelumnya.

Ternyata, sebelum terjun ke dunia pendidikan dan agama, Panji Gumilang pernah berkecimpung di dunia perbankan sebagai Komisaris Bank CIC.

Menurut pengakuan Sukanto, pada tahun 1991, Panji Gumilang menggunakan alias Abu Maariq dengan KTP atas nama Mampang, kelahiran Rembang.

Pada masa itu, uang yang dimiliki Panji Gumilang disimpan di Bank CIC sebelum kemudian terlibat di Bank Century, yang telah menjadi sorotan banyak orang.

BACA JUGA: Ternyata Ponpes Al Zaytun Belum Pernah Bayar Zakat ke Baznas Kabupaten Indramayu

“Dia bikin akun di situ dan membuat program keuangan di NII, ada 3 keuangan tu, qurban, romadhon, qiro,” ungkap Anto kepada Aiman, seperti dikutip Sumeks.co.

Selama periode antara tahun 1991 hingga 1993, semua anggota NII (NII: Nama Organisasi Tidak Diketahui) menjual rumah mereka dan hasilnya disetor kepada seseorang bernama Panji Gumilang.

Penawaran ini menarik perhatian banyak orang karena mengklaim bahwa program ini adalah sebuah investasi.

Uang yang diberikan kepada NII akan dikembalikan dalam waktu 5 tahun dengan tambahan keuntungan sebesar 50 persen.

“Berlomba-lombalah, karena percaya dengan Panji Gumilang. Sampai 2-3 tahun, itu dana terkumpul hampir Rp500 miliar,” kata Anto.

BACA JUGA: Ono Surono Ceritakan Fakta Ponpes Al Zaytun pada Pemilu 2004

Dengan modal uang yang terkumpul dari para jamaahnya, ia kemudian memutuskan untuk membeli saham Bank CIC. Selanjutnya, ia menjabat sebagai Komisaris Bank CIC.

“Setelah dia beli saham, tahun 1993-an. Uang tadi saya katakan semuanya dari jamaah NII yang tersebar,” jelas Anto.

Kemudian Aiman menunjukkan keheranan, mengapa para jamaah NII bersedia mengumpulkan dana bahkan dengan menjual rumah mereka.

“Mau, karena kewajiban, mereka sedang berjihad. Jihad itu bagi mereka uang dan diri, uang dan jiwa. Surga representasinya adalah NII dan membangunnya itu adalah menjadi jihad,” kata Anto.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan