JABAR EKSPRES – Parkir Masjid Al Jabbar sempat “dikelola” oleh Panser. Yakni kumpulan jukir dari warga sekitar yang dibentuk atas inisiatif dari LPM Cimincrang.
Ketua LPM Cimincrang Yusuf Irawan menceritakan, Panser lahir sesaat setelah dibukanya Masjid Al Jabbar untuk umum. Waktu itu pengelolaan parkir, pedagang kaki lima, hingga lalu lintas masih semrawut.
Maklum karena pembangunan masjid baru tuntas dan pengelolaan berbagai unsur pendukungnya masih belum berjalan seperti saat ini. Bahkan saat itu pedagang hingga jukir bukan dari warga sekitar turut berdatangan. Mungkin karena aroma manis ramainya masyarakat yang berkunjung ke Masjid Al Jabbar. “Dulu belum seperti saat ini,” jelasnya saat ditemui Jabar Ekspres.
BACA JUGA: Warga Sekitar Minta Ditampung dalam Pengelolaan Parkir Masjid Al Jabbar
Melihat kondisi itu, LPM kemudian berinisiatif membentuk tiga satgas. Mengakomodasi masyarakat sekitar untuk mengelola parkir, wisata hingga perdagangan di kawasan itu. Satgas yang konsen mengkoordinasi soal perparkiran dinamai Panser. Satgas yang fokus mengelola perdagangan atau Pedagang Kaki Lima (PKL) dinamai Ciber. Dan satgas yang fokus untuk kegiatan wisata dinamai Pokdarwis.
Yusuf juga mengakui bahwa saat itu Panser kemudian mengeluarkan karcis parkir. Itu untuk mencegah masyarakat yang bukan warga sekitar turut menarik parkir di kawasan masjid. Harganya juga lebih besar dari ketentuan dalam plang yang kini ada di Masjid Al Jabbar. Sebagaimana temuan dari Jabar Ekspres beberapa waktu lalu. “Bus Rp 50 ribu, Elf Rp 20 ribu, kalau motor seikhlasnya,” cetusnya.
Yusuf menjelaskan, besarnya tarif parkir itu juga bukan tanpa alasan. Selain untuk operasional, pemasukan parkir itu juga untuk infaq masjid termasuk kegiatan sosial. “Sebanyak 2,5 persen atau perbulan Rp 3 juta kami infaqkan ke masjid (Al Jabbar.red). Panitia juga mengalokasikan untuk masjid – masjid sekitar. Termasuk alokasi anak yatim,” terangnya.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Kontrak Parkir Masjid Al Jabbar dengan Kodam Jadi Strategi Kondusifitas
Masih kata Yusuf, Panser saat itu juga tidak hanya sekedar menarik parkir, tetapi turut menyediakan mobil ambulans yang siaga 24 jam. Itu untuk kepentingan pengunjung yang mengalami kecelakaan atau kondisi darurat. “Dulu belum ada tim medis seperti sekarang. Kami yang turut keluar biaya untuk kecelakaan pengunjung,” imbuhnya.