JABAR EKSPRES – Minimnya pendidikan seksual di kalangan remaja membuat angka pernikahan dini di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan RI, ada sebanyak 59.709 kasus dispensasi pernikahan dini di Indonesia sepanjang tahun 2021.
Dengan angka yang cukup tinggi tersebut, lantas berapakah angka yang disumbangkan oleh anak-anak di Kota Bandung dalam kasus tersebut?
Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Felly Lastiawati mengungkapkan bahwa angka pernikahan dini di Kota Bandung tergolong rendah andai dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Barat sesuai dengan data Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bandung.
Tercatat, ada 143 kasus pernikahan dini di Kota Bandung pada tahun 2022. Angka ini turun per Juli 2023 dengan 76 kasus pernikahan dini.
“Dalam Rapat Koordinasi Pencegahan Perkawinan Anak, Kepala Kemenag menjelaskan dari 76 dispensasi, 10 permohonan tidak dikabulkan. Sedangkan sisanya diberikan izin karena alasannya sudah mengandung. Mudah-mudahan tidak ada penambahan lagi,” ucap Felly Lastiawati.
BACA JUGA: Menilik Sejarah Sekolah Perempuan Indonesia Pertama dari Bandung: Sekolah Dewi Sartika
Setelah mendapatkan edukasi, 10 permohonan pernikahan dini itu undur diri sehingga tidak dikabulkan. Biasanya orangtua menikahkan anaknya karena khawatir sang anak kebablasan lebih jauh. Padahal, hal ini bukanlah jalan terbaik. Daripada melakukan pernikahan dini, lebih baik orangtua memberikan pembelajaran tentang dampak pernikahan dini ini.
“Salah satunya bayi yang dilahirkan nanti bisa mengalami stunting. Bahkan, kehamilan di waktu sangat muda bisa berisiko ibunya meninggal,” katanya.
Dalam data yang dimilikinya, ada 4 kecamatan di Kota Bandung yang memiliki kasus pernikahan dini yang lumayan tinggi. Daerah tersebut adalah Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Cibeunying Kidul, dan Coblong.
Faktor yang menyebabkan pernikahan dini ini tinggi adalah peran keluarga dalam pengasuhan yang kurang maksimal kepada anak-anaknya. Lalu, faktor lainnya adalah pendidikan.
BACA JUGA: PPDB Gaib Seperti Siluman, Kantor Disdik Bandung Diruwat
Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga DP3A Kota Bandung itu juga menjelaskan bahwa di Babakan Ciparay banyak terjadi pernikahan dini di usia tamat SMP. Beberapa orangtua di sana beranggapan sekolah hanyalah sebuah formalitas.