JABAR EKSPRES – Penerapan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan Sampah) terus digenjot oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Hal ini dilakukan agar permasalahan sampah di kota tersebut dapat terselesaikan.
Saat ini, baru sekitar 10 persen RW di Kota Bandung yang menerapkan Kang Pisman ini. Dari 1.596 RW, baru sekitar 154 RW yang menerapkannya.
Dalam kegiatan sosialisasi, evaluasi, dan persiapan pemantauan penilaian Adipura tahun 2023 di Balai Kota Bandung pada Kamis, 20 Juli 2023, Ema Sumarna selaku Plh Wali Kota Bandung terus mendorong penerapan Kang Pisman di semua RW di wilayah pemerintahannya.
BACA JUGA: Kenapa Bandung Dingin Saat Musim Kemarau? Ternyata Ini Faktornya!
Cara pengelolaan sampah merupakan salah satu penialaian dari Adipura. Menurutnya, dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu banyak membuat belum adanya lahan yang proporsional untuk lahan yang tepat untuk sampah Kota Bandung.
“Penduduk Kota Bandung itu 2,5 juta jiwa, dengan luas sekitar 16.000 hektar, dengan memproduksi sampah 1.600 ton per hari. Kalau dipaksa juga tidak dapat proporsional, karena lahan terbatas,” ucap Ema Sumarna.
Oleh karena itu, Pemkot Bandung menduplikasi upaya pengelolaan sampah dari daerah lain, seperti Banyumas. Wilayah tersebut dapat mencapai angka 90 persen zero waste dengan SDM dan lahan yang telah dipersiapkan sudah proporsional.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Imbau Warga untuk Jaga Kesehatan dan Waspada terkait Potensi Bencana di Musim Kemarau
“Di sana, yang biasanya petugas pengangkut sampah bergeser menjadi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Nantinya tidak perlu retribusi sampah. Istilahnya mereka punya otonom, direkrut sehingga selesai oleh mereka. Tahun ini kita coba di 10 TPS, tahun ini berjalan,” bebernya.
Ema menjelaskan, untuk teknologi pengolahan sampah, Banyumas memiliki Gibrik Mini. Dengan harga Rp10 juta, teknologi ini dapat mengolah sampah hingga 2 ton dalam waktu 60 menit.
Hasil olahan sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik menjadi briket, semen, hingga dimanfaatkan untuk industri kain. Untuk residunya dapat menjadi batako, genting, dan hasil lainnya. (Fizh)
BACA JUGA: Pemkot Bandung Harap Semua ASN Peka Terhadap Masalah Masyarakat