JABAR EKSPRES – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB), tercatat sebanyak 304 kasus dengan 2 di antaranya meninggal dunia.
Plh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Tedy Sulaksana mengatakan, jumlah tersebut merupakan catatan kasus DBD sejak Januari hingga Juni 2020.
“Laporan dari 23 puskesmas yang ada di Bandung Barat, dari 304 orang itu 2 diantaranya meninggal dunia,” ujar Tedy saat ditemui di kantornya, Rabu (12/7/2023).
BACA JUGA: Momen Bahagia Pedagang Pasar Cihapit Bandung Bertemu Presiden Jokowi
Berdasarkan laporan yang diterima Dinkes Bandung Barat, dua kasus kematian akibat DBD terjadi pada Mei 2023. Kedua korban itu merupakan warga Jayagiri Lembang dan Ciupeundeuy.
“Warga Jayagiri laki-laki dengan usia 40 tahun, sementara warga Cipeundeuy seorang anak-anak dengan usia rata-rata 5-14 tahun,” ungkapnya.
Meski begitu, Tedy mengklaim, tren kasus DBD pada 2023 cenderung mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Sepanjang 2021, Dinkes Bandung Barat mencatat ada 419 warga di wilayahnya yang terkena DBD dengan kasus kematian 8 orang. Sementara pada 2022 tercatat ada 1313 dengan kasus kematian 19 orang.
Adapun untuk case fatality rate (CFR) DBD yaitu angka yang dinyatakan ke dalam persentase yang berisikan data orang mengalami kematian akibat DBD pada 2021 yaitu 1,91 kemudian di 2022 sebesar 1,45, kemudian di 2023 sebesar 0,66.
BACA JUGA: Nyamar Jadi Debt Collector, Komplotan Begal di Cimahi Dibekuk Polisi
Sementara itu, ia menyebut insidence rate (IR) DBD atau frekuensi penyakit dalam masyarakat di Indonesia pada waktu tertentu/ 100.000 penduduk (pddk) pada 2021 yaitu 24,79, kemudian 2022 sebanyak 77,67. Setelah itu di 2023 sebanyak 17,98.
“2023 terbilang menurun, itu dilihat dari epidemiologi Incident Rate dan Case Fatality Rate (CFR) yang merupakan indikator kejadian DBD,” katanya.]
Tedy menjelaskan, dari data kasus 3 tahun terakhir, wilayah seperti Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin merupakan daerah endemisitas. Hal itu dilihat dari data kasus yang mana hampir setiap tahun terdapat kasus DBD.
“Untuk deteksi faktor endemisitas DBD digunakan data proporsi penggunaan lahan permukiman, angka bebas jentik (ABJ), dan kepadatan penduduk,” kata Tedy.
Kasus DBD ini bisa ditekan dengan partisipasi masyarakat yang aktif ikut dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara berperilaku menerapkan prinsip 3M plus.