JABAR EKSPRES – Kurnia Meiga, mantan kiper Timnas Indonesia, baru-baru ini menjalani pemeriksaan medis karena menderita penyakit papiledema.
Tetapi apa sebenarnya papiledema yang di alami oleh Kurnia Meiga?
Papiledema adalah kondisi medis di mana saraf optik di bagian belakang mata mengalami pembengkakan.
Baca juga : Tips Menjaga Kesehatan Otak agar Terhindar dari Pikun
Menurut laporan dari Medical News Today, gejala papiledema dapat meliputi gangguan penglihatan, sakit kepala, dan mual.
Pembengkakan ini terjadi sebagai respons terhadap peningkatan tekanan di dalam atau sekitar otak, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Papiledema sering kali merupakan tanda peringatan akan adanya kondisi medis serius yang membutuhkan perhatian segera, seperti tumor otak atau perdarahan.
Namun, ada juga situasi di mana tekanan dan pembengkakan tidak dapat di atribusikan kepada masalah yang spesifik.
Dalam kasus ini, ada beberapa cara untuk mengurangi pembengkakan tersebut.
Gejala Awal Papiledema
Jika penyakit papiledema tidak di obati, dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Gejala awal yang umum dari papiledema adalah perubahan kecil dalam penglihatan.
Pada awalnya, perubahan tersebut mungkin tidak terlalu terlihat, dengan gejala seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, kilatan cahaya, atau kehilangan penglihatan sementara yang berlangsung beberapa detik.
Namun, jika tekanan pada otak terus meningkat, perubahan tersebut dapat berlangsung selama beberapa menit atau bahkan permanen.
Papiledema juga dapat memicu gejala lain yang membedakannya dari kondisi mata lainnya, seperti mual dan muntah, sakit kepala yang tidak normal, dan terdengarnya suara seperti denging di telinga (tinitus).
Pembengkakan saraf optik yang menyebabkan papiledema terjadi ketika cairan serebrospinal (CSF) menumpuk di sekitar saraf optik dan vena retina sentral yang bergerak di antara otak dan mata.
Ketika tekanan meningkat, darah dan cairan tidak dapat mengalir keluar dari mata dengan lancar, menyebabkan pembengkakan pada saraf optik.
Baca juga : Pria di Belanda Disebut Memiliki 550 Anak Akibat Sering Donor Sperma
Menurut Healthline, ada beberapa kondisi medis serius yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan ini, seperti cedera kepala traumatis, anemia, hidrosefalus (penumpukan cairan serebrospinal dalam otak), perdarahan otak, ensefalitis (peradangan otak), meningitis (peradangan jaringan otak), hipertensi (tekanan darah tinggi), abses (kumpulan nanah terinfeksi di dalam otak), dan tumor otak.