JABAR EKSPRES – Nenek dari Nahel, remaja yang tewas akibat tembakan polisi di Paris, Prancis, mengajukan permohonan dengan santai kepada para demonstran di Prancis untuk menghentikan aksi mereka setelah malam kelima unjuk rasa.
Menurutnya, para demonstran perusuh menggunakan kematian cucunya pada Selasa lalu sebagai dalih untuk menyebabkan kerusuhan. Oleh karena itu, pihak keluarga berharap agar suasana tenang dapat kembali terwujud.
“Saya bilang kepada mereka [perusuh] untuk berhenti,” kata Nenek Nahel, Nadia, dalam wawancara dengan saluran televisi BFM TV pada Minggu (2/7), seperti yang dilansir oleh Reuters.
“Nahel sudah meninggal. Putri saya sangat merasakan kehilangan… dia seakan-akan kehilangan hidupnya [setelah kehilangan putranya],” tambah Nadia.
Baca Juga: Bos CIA Telepon Bos Intel Asing Rusia, Ada Situasi Gawat Darurat?
Sebelumnya, demonstrasi yang berujung kerusuhan terkait kematian Nahel telah meluas di berbagai wilayah Prancis pada akhir pekan lalu. Lebih dari 1.300 orang telah ditangkap oleh aparat kepolisian sebagai akibat dari demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di sejumlah wilayah di Prancis.
Melansir dari berbagai sumber Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan bahwa sebanyak 1.311 orang telah ditangkap oleh aparat sejak dimulainya demonstrasi empat hari yang lalu. Namun, data memperkirakan bahwa jumlah orang yang ditangkap mungkin lebih dari 2.000.
Pemerintah Prancis juga menyatakan bahwa setidaknya 96 anggota polisi terluka saat menjaga aksi unjuk rasa di berbagai wilayah. Terdapat 58 serangan langsung terhadap aparat polisi. Dua anggota polisi bahkan tertembak saat menjalankan tugas pengamanan aksi di Vaulx-en-Velin, pinggiran kota Lyon.
Data pemerintah Prancis mencatat bahwa unjuk rasa telah mengakibatkan 2.560 titik kebakaran di jalan-jalan umum. Sebanyak 1.350 di antaranya adalah mobil yang terbakar, sementara 234 bangunan juga ikut terdampak.
Untuk menghadapi aksi di berbagai lokasi, kepolisian Prancis telah mendeploy 45.000 personel ke wilayah-wilayah yang terkena dampak.
Baca Juga: Uni Eropa Menolak Keras Aksi Pembakaran Al-Qur’an di Swedia
Unjuk rasa yang meluas di Prancis merupakan bentuk protes atas penembakan Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun, oleh anggota kepolisian yang berujung pada kematian. Peristiwa tragis itu terjadi di pinggiran kota Paris pada Selasa, 27 Juni lalu.