Berkemeja biru langit lengan pendek, celana katun coklat dipadu sepatu pantofel hitam, Dedeng terlihat duduk di atas sofa berkulit imitasi sambil mengigat, momen manis di masa kecilnya bersama Stasiun Cicalengka.
“Heboh karena Si Kuwong itu kereta api bahan bakar batu bara. Jadi kepul asap hitamnya dan suara khasnya yang bikin kita senang,” ujar pria berambut klimis dengan gaya sisir ke belakang.
Dedeng menerangkan, sejak masa kecil hingga saat ini, dirinya bertahan menggunakan fasilitas kereta api untuk perjalanan ke Kota Bandung.
Menurutnya, melakukan perjalanan menggunakan kereta api, memiliki kenyamanan serta sensasi yang berbeda.
“Jam keberangkatan sudah jelas, jadi estimasi perjalanan bisa kita hitung. Ongkos juga bisa diperhitungkan dari harga tiket,” terangnya sambil melipat kedua tangannya di antara dada.
“Dan dari tahun ke tahun perubahan fasilitas kereta api sangat terasa. Setiap lihat Stasiun Cicalengka, karena konstruk bangunan masih terbilang sama, saya selalu ingat kenangan zaman dulu. Misalkan pembelian tiket yang sudah berbeda dari saat dulu dengan saat ini,” lanjutnya yang selalu tersenyum ketika mengingat momen manis di masa lalu.
Diketahui, Si Kuwong alias lokomotif uap merupakan jenis lokomotif yang menggunakan tenaga mesin uap untuk menarik rangkaian kereta. Lokomotif uap menggunakan bahan bakar batu bara, kayu, atau minyak untuk menghasilkan uap dalam pendidih.
Uap tersebut kemudian menggerakkan piston yang secara mekanis terhubung dengan roda penggeraknya. Baik bahan bakar dan air dipasok dalam lokomotif, baik ditampung pada lokomotif atau menggunakan tender di belakangnya.
“Tiket yang dijual juga dulu masih berbentuk kartu gapleh, kecil dan tebal. Pas diperiksa kondektur itu khas banget, keluar bunyi trak ketika tiket dilubangi,” papar Dedeng sambil menggerakkan kedua lengannya.
“Sampai sekarang masih pakai kereta kalau ke Bandung, setiap nunggu di Stasiun Cicalengka saya sering teringat momen-momen waktu saya kecil dan remaja,” lanjutnya dengan senyum sumringah.
Dedeng berharap, keberadaan bangunan bersejarah itu tak dirobohkan, sebab khawatir menghilangkan nilai sejarah dan kenangan manis warga bersama Stasiun Cicalengka.