Riwayat tentang Amalan di Bulan Dzulhijjah yang Sesuai Sunnah

JABAR EKSPRES – Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan, dimana amalan sekecil apapun pada hari hari tersebut lebih utama di sisi Allah daripada berjihad di jalan Allah yang dilakukan di luar sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Maka sangat dianjurkan untuk memperbanyak amalan amalan ibadah terutama, shalat, puasa, dzikir, membaca al Quran, sedekah dan ibadah ibadah lainnya yang disyari’atkan.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA. berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidaklah ada hari hari yang amal shalih pada hari hari tersebut lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah. Maka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (amal shalih tersebut) lebih Allah cintai dari pada jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Iya, walupun dengan jihad fi sabilillah, kecuali sesorang yang keluar (berjihad) dengan diri dan hartanya lalu tidak kembali setelah itu selamanya (syahid).” (HR. Bukhari: 926, Abu Dawud: 2438, Ahmad: 1968).

BACA JUGA: Cara Aktivasi Paket Internet Haji 2023 di Telkomsel, XL Axiata, Indosat Ooredoo Hutchison, dan Smartfren

Diantara amalan yang dianjurkan pada hari hari yang mulia ini adalah puasa, karena ibadah puasa adalah ibadah yang agung yang tiada bandingannya. Puasa yang dimaksud adalah puasa mutlak dari tanggal 1-9 Dzulhijjah. Adapun pada tanggal 10 (Idul Adha) atau hari-hari Tasyriq (11 -13 dzulhijjah) dilarang untuk berpuasa karena ia adalah hari raya, hari yang dianjurkan bergembira, sebagai hari makan dan minum.

Adapun dalil atas disyariatkannya puasa di awal Dzulhijjah ini didasarkan pada riwayat dari Hunaidah bin Kholid, dari beberapa istri Nabi ﷺ mengatakan:

«كَانَ رَسُولُ الله ﷺ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ»

“Rasulullah SAW. biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis.” (HR. Abu Daud: 2437 dan An-Nasa’i: 2374).

Yang dimaksud 9 (tis’ah) dalam hadits diatas adalah 9 hari bukan Taasi’ (hari ke-9), sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama di Lajnah Daaimah (Majlis Fatwa Saudi Arabia) ketika ditanya dalam masalah ini. Mereka menukil perkataan Imam Asy-Syaukani Rahimahullah di kitab Nailul Authar:

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan