JABAR EKSPRES – Penanganan sampah di Kota Cimahi masih menjadi persoalan serius. Selain kurangnya lahan untuk pembuangan sampah, jumlah produksi sampah rumah tangga saat ini masih tinggi yakni 275 ton per hari.
Program Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah (Grak Ompimpah) nampaknya juga perlu digenjot lagi oleh semua kalangan. Hal itu berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam memilah dan membuang sampah.
BACA JUGA: Atalia Praratya Lantik Pj Wali Kota Cimahi Jadi Pengurus Mabicab Pramuka
“Produksi sampah sebanyak 275 ton per hari masih sangat tinggi, program pilah sampah belum sepenuhnya berhasil. Artinya, tak hanya pemerintah, masyarakat perlu memiliki kesadaran tinggi dalam membuang sampah,” kata Pemerhati Lingkungan Kota Cimahi, David Sutasurya, Senin (29/5/2023)
Menurut David, pilah sampah yang benar harus bisa mengahasilkan prinsip pemanfaatan kembali sampah atau Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).
Kemudian dari 275 ton per hari itu, sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus benar-benar dampah residu sehingga dari hasil total produksi itu, sampah yang sampai ke TPA merupakan sampah yang sudah tidak bisa didaur ulang.
“Kesadaran masyarakat dalam penanganan sampah juga sangat dibutuhkan, jangan membebankan ke petugas pemilah sampah. Ini penting, karena persoalan sampah tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Namun perlu kesadaran tinggi dari masyarakat,” katanya.
Pemerintah Kota Cimahi dalam satu tahun menggelontorkan anggaran sekitar Rp40 miliar untuk operasional pengangkutan sampah dari mulai lingkungan hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
“Biaya angkut saja dari mulai lingkungan sampai ke TPA itu kita anggarkan sekitar Rp40 miliar dalam satu tahun. Hasil kajian, dari total 275 ton per hari, sampah residu yang sampai ke TPA itu hanya 15 persennya. Artinya, sampah yang 75 persen ini masih bisa didaur ulang,” kata Pj Wali Kota Cimahi, Dikdik S Nugrahawan.
Ia mengimbau agar masyarakat lebih selektif memilah sampah yang memiliki nilai ekonomi. Agar produksi sampah bisa berkurang. Selain itu, supaya sampah yang terbuang ke TPA itu hanya residunya saja.