Rebecca Klopper Disebut Mengalami Revenge Porn, Apa itu?

Penggunaan kata ‘revenge’ juga mengimplikasikan bahwa korban telah memprovokasi pelaku dan melakukan sesuatu yang seolah-olah pantas untuk dibalas.

Dengan cara ini, istilah revenge porn cenderung menyalahkan korban.

Selain itu, penggunaan kata ‘porn’ menyiratkan bahwa mengambil foto diri sendiri dalam keadaan telanjang atau terlibat dalam aktivitas seksual (atau memberikan izin kepada orang lain untuk mengambil foto tersebut) pada dasarnya adalah pornografi.

Namun, menghasilkan gambar eksplis it dalam konteks hubungan pribadi dan intim seharusnya tidak di anggap sebagai pornografi.

Kasus yang paling umum terkait revenge porn adalah ketika mantan kekasih ‘mempermainkan’ pasangannya dengan membagikan gambar-gambar intim mereka.

Namun, saat ini istilah revenge porn juga di gunakan untuk kasus-kasus lain.

Banyak pelaku melakukan tindakan ini dengan motivasi untuk mendapatkan uang, ketenaran, atau bahkan hiburan.

Ini meliputi peretas, penyebar rekaman kamera tersembunyi atau ‘upskirting’, serta individu yang mendistribusikan foto-foto yang di peroleh secara ilegal.

Selain itu, pornografi non-konsensual bisa di salah pahami sebagai merujuk pada jenis pornografi tertentu yang melibatkan kurangnya persetujuan, bahkan tindakan pelecehan seksual.

Penggunaan istilah ‘porn’ dalam revenge porn memiliki risiko mengerotiskan bahaya dari bentuk pelecehan seksual ini.

Baca juga : Setelah Viral Video Panasnya, Rebecca Langsung Datang ke Rumah Fadly

Selain itu, istilah tersebut mendorong sensasionalisme dalam pemberitaan media terkait kasus-kasus revenge porn.

Jadi, dalam konteks video syur yang di sangka mirip dengan Rebecca Klopper, istilah revenge porn mengacu pada penyebaran materi pribadi dan eksplisit secara seksual tanpa persetujuan, yang dapat berdampak parah bagi korban.

Namun, sebagian orang mengkritik penggunaan istilah tersebut karena mengandung implikasi yang berbahaya dan menyalahkan korban.

Dalam banyak kasus, revenge porn bukan hanya motivasi balas dendam, tetapi juga merupakan upaya untuk menjaga hierarki kekuasaan dengan mengendalikan dan mendominasi korban.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan