Demo Massal di Argentina Tolak Israel Main Jelang Piala Dunia U-20

JABAR EKSPRES – Ribuan demonstran telah turun ke jalan-jalan di Buenos Aires, Argentina, untuk menolak Israel main jelang Piala Dunia U-20.

Demo ini merupakan respons terhadap penolakan Argentina sebagai tuan rumah yang diumumkan sebelumnya. Massa yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat mengecam kebijakan Israel terkait konflik Israel-Palestina dan meminta agar Argentina tetap konsisten dengan penolakan mereka.

Dalam demo yang berlangsung damai namun penuh semangat, demonstran membawa spanduk, poster, dan memamerkan simbol solidaritas dengan Palestina. Mereka berteriak slogan-slogan yang menentang kebijakan Israel dan menyerukan dukungan untuk hak-hak Palestina.

Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh politik, aktivis, dan pemimpin kelompok masyarakat yang mengecam Israel bermain di Piala Dunia U-20.

Protes ini menunjukkan dukungan kuat bagi Palestina di Argentina, yang memiliki sejarah hubungan yang rumit dengan Israel. Demonstran mengecam tindakan Israel dalam konflik Israel-Palestina, termasuk perluasan permukiman di Tepi Barat dan kekerasan yang terjadi terhadap warga Palestina.

Mereka menuntut agar Argentina tetap mempertahankan sikap solidaritas mereka dan tidak terlibat dalam penyelenggaraan turnamen tersebut.

Pemerintah Argentina telah merespons protes ini dengan menyatakan bahwa mereka menghormati kebebasan berekspresi dan hak warga untuk menyampaikan pendapat mereka secara damai.

Pemerintah juga menegaskan bahwa penolakan Argentina sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bukanlah tindakan melawan Israel sebagai negara, melainkan merupakan keputusan politik yang didasarkan pada pertimbangan internal.

Sementara itu, media lokal dan internasional memberikan liputan yang luas terkait demo ini. Mereka menyampaikan berbagai pendapat dan reaksi dari masyarakat Argentina, Israel, dan komunitas internasional.

Reaksi terhadap demo ini beragam, dengan beberapa pihak mendukung protes sebagai bentuk kebebasan berpendapat, sementara yang lain mengkritiknya sebagai tindakan politis yang mempengaruhi olahraga.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan