BACA JUGA : 18 Akun Media Sosial yang Sering Mengadakan Giveaway Terpercaya
Ayahnya sakit-sakitan, sedangkan ibunya tidak memiliki penghasilan untuk membiayai keluarga mereka. Sebagai anak sulung, Bu Rudy terpaksa berjuang keras untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan sejak usia 10 tahun.
Meski menghadapi tantangan yang berat, Bu Rudy sangat gigih dalam mencari pekerjaan apa pun demi bertahan hidup.
“Kelas 3 SD berhenti sekolah. Ikut orang dahulu (kerja) 10 tahun. Karena enggak punya kepandaian ya, jadi menurut aku jual tenaga. Bukan jual kepandaian,” cerita Bu Rudy di acara Sobat Misqueen Trans7 yang tayang tahun lalu.
Suami Bu Rudy yang biasa dipanggil Pak Rudy juga mengakui bahwa istrinya adalah seorang wanita yang tangguh.
Pak Rudy sangat kagum dengan usaha dan kerja keras Bu Rudy demi keberlangsungan hidup keluarga. Ia menilai bahwa Bu Rudy adalah seorang wanita yang pandai mencari peluang dalam hidup.
“Tapi ibu ini memang pintar cari peluang. Di umur 10 tahun ya, orang tua lelaki sudah sakit, orang tua perempuan tidak berpenghasilan. Dia anak pertama harus berusaha. Jadi dia mencari pelung itu sampai sekarang,” ungkap Pak Rudy.
“Dahulu menganggur bantu tetangga jual dawet, ya cuci piring, semua dikerjakan,” sambungnya.
Setelah menikah, Bu Rudy mendapat banyak dukungan dari Pak Rudy dalam mencari nafkah. Pada tahun 1983, mereka membuka bisnis toko sepatu di Pasar Turi yang menjadi sumber penghasilan mereka selama satu dekade.
“Jualan sepatu di pasar, berdua sama suami 20 tahun lebih. Toko sepatunya masih ada sampai sekarang diurus sama menantu,” kata Bu Rudy.
Setelah sukses menjalankan bisnis sepatu, Bu Rudy merasa tidak puas hanya berbisnis di bidang tersebut. Ia ingin mencoba bidang kuliner yang sangat ia minati dan memulai bisnis sambal yang kemudian menjadi salah satu produk fenomenal.
Setelah sepuluh tahun berlalu, Bu Rudy terinspirasi untuk mencoba terjun ke bisnis kuliner karena cintanya pada bidang tersebut. Kepiawaiannya dalam mengolah sambal membuat produknya sangat digemari oleh masyarakat.
Saat ini, Bu Rudy mampu mengolah 400 kilogram cabai untuk dijadikan berbagai jenis sambal. Selain sukses menjual sambal di seluruh Indonesia, Bu Rudy juga telah membuka usaha rumah makan dan pusat oleh-oleh yang memiliki cabang terbesar di Surabaya.