JABAREKSPRES.COM, – Miloo Project berkolaborasi dengan Forum Alumni Universitas Telkom (FAST), Telkom University Career, dan Digitalent Development menyelenggarakan FAST Digitalent Festival 2023.
Kegiatan ini sebagai upaya memberantas kesenjangan wawasan, pengetahuan dan kemampuan pemenuhan SDM berkualitas di industri teknologi.
Selain itu, untuk mewadahi para talenta digital muda bertemu dan berbagi gagasan dengan para eksekutif, inovator hingga akademisi yang ahli di bidangnya.
Digitalent Festival digelar di Gedung Damar Telkom University dengan jumlah peserta yang mendaftar sekitar 500 peserta dan dihadiri oleh 12 pembicara. Festival ini terbagi dalam 4 sesi yang dimulai pada pukul 10.30 WIB hingga 18.00 WIB.
Founder Miloo Project, Rahmat Ridha menyampaikan bahwa unsur komunitas perlu hadir membantu pemenuhan talenta digital di Indonesia. Sebab jika hanya mengandalkan pemerintah atau institusi pendidikan, kebutuhan talenta digital akan sulit dipenuhi.
Dia menjelaskan, berdasarkan beberapa survei, salah satunya dari McKinsey, Indonesia terancam defisit 9 juta talenta digital di 2030 nanti. Karena total kampus hari ini cuma bisa menghasilkan 200 hingga 300 ribu lulusan talenta digital sehingga masih ada gap sekitar 50 persen.
“Harapannya itu bukan hanya kerja pemerintah, ini harusnya ada unsur komunitas, akademisi, unsur industri dan begitupun media. Pentahelix ini bisa bersinergi salah satunya kami dari Miloo,” kata Rahmat
Sesi pertama dibuka dengan pemaparan materi dan talkshow oleh Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Andi Afdal Abdullah dan Sekjen Forum Human Capital Indonesia
(FHCI) BUMN, Dharma Syahputra. Keduanya membahas soal akselerasi transformasi digital bersama talenta digital.
Dalam pemaparannya Dharma Syahputra menyampaikan bahwa banyak lapangan pekerjaan yang hilang akibat digitalisasi. Namun hal itu berbanding lurus dengan munculnya jenis pekerjaan baru di dunia digital.
“Skill itu berubah, jadi kalau teman-teman lihat terjadi perubahan, banyak kekhawatiran, ini pekerjaan banyak yang hilang karena adanya digitalisasi, bagaimana kita antisipasi ini? Nah berita bagusnya ternyata kerjaan yang hilang, di banding pekerjaan yang tumbuh lebih banyak yang tumbuh,” papar Dharma.
Menurutnya, pekerjaan yang bisa hilang cenderung merupakan pekerjaan yang dilakukan repetitif dan kemungkinan bisa digantikan oleh mesin atau teknologi yang lebih canggih.