Ibu-Ibu Menuntut Keadilan, Rayakan Hari Perempuan Pekerja Sedunia

BANDUNG – Aksi memperingati Hari Perempuan Pekerja Sedunia, dilakukan oleh kelompok Perjuangan Persatuan Rakyat, di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (8/3). Hal ini sebagai upaya perjuangan, melawan ketidakadilan di sektor industrial, khususnya para buruh dan petani perempuan.

Aksi ini merupakan gabungan antara Front Mahasiswa Nasional Bandung Raya, Gerakan Aliansi Reforma Agraria, Pemuda Baru Indonesia, dan Perwakilan Perempuan Tani Pangalengan.

Kordinator Lapangan, Alwi menyebutkan, peringatan ini merupakan momentum yang cocok, untuk memperjuangkan hak-hak khususnya kaum perempuan, dan para petani yang saat ini sedang berjuang, dalam mempertahakan perampasan tanah pertanian.

“Kaum perempuan Indonesia harus bersatu dengan rakyat, dalam memperjuangkan reforma agraria sejati. Semoga aksi ini menjadi momentum untuk membakar semangat, khususnya para ibu dan bapak yang berasal dari Pangalengan yang kini sedang terancam perampasan tanah di sana,” ujar Alwi kepada Jabar Ekspres.

Aksi ini turut dihadiri oleh Organisasi Reforma Agraria, yang fokus utamanya adalah, menyuarakan tentang kesejahteraan para petani yang berada di Pangalengan. Perwakilan Reforma Agraria, Ubud mengatakan, kondisi petani saat ini sangat memprihatinkan, imbas dari harga kebutuhan bahan pokok, dan pertanian yang melambung tinggi.

“Petani di Pangalengan itu prihatin, saprotan mahal, pupuk-pupukan mahal, ditambah bahan pokok yang mahal. Jadi sekarang perempuan di sana itu menjerit semua. Kita di sini minta solusi, untuk minta tolong turunkanlah harga-harga itu untuk masyarakat kecil kaya kami,” pinta Ubud di sela-sela aksi damai.

Ubud pun menjelaskan, aksi demontrasi perempuan ini dilakukan, buntut dari tidak adanya perhatian pemerintah kepada masyarakat kecil, khususnya para petani di Pangalengan. Standar ekonomi masyarakat yang masih jauh dari kata sejahtera, tidak mampu menyesuaikan ketetapan harga kebutuhan, yang dilakukan oleh pemerintah.

“Dari pemerintah tidak pernah datang kesana. Makannya kita lakukan aksi ini karena pemerintah tidak bijak kepada masyarakat. Kampanye datang kesana minta dukungan, udah kepilih tidak peduli terhadap rakyatnya. minyak mahal, beras mahal, semuanya mahal, tolong bijaksanalah,” jelasnya.

Keprihatinan perempuan terdahap petani semakin menjadi. Merebak isu yang menyebutkan bahwa lahan pertanian yang kini sedang di garap oleh para petani di Pangalengan. Akan dirampas oleh orang yang mempunyai kepentingan. Hal ini menjadi poin penting, yang kini sedang di perjuangkan oleh para petani.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan