Jabarekspres.com – Selama Januari 2023, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) menemukan 11 kasus suspek difteri.
Jumlah tersebut di luar kasus yang terjadi di Kabupaten Garut. Kasus tersebut rata-rata menyerang anak usia di bawah 15 tahun.
Ketua Tim surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati menyebutkan, kasus suspek difteri tersebut terjadi di beberapa kabupaten/kota di Jabar.
Kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi.
”Mayoritas (yang terserang difteri) di bawa 15 tahun. Tapi ada satu usia 19 tahun. Jadi tahun 2023 per Januari itu sudah ada laporan 11 kasus suspek difteri,” ungkapnya, kepada wartawan, Kamis (23/2).
Dewi menjelaskan, gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini sama seperti infeksi tenggorokan, mulai dari demam hingga muncul benjolan pada tenggorokan.
”Tapi pada saat dibuka mulutnya, itu di tenggorokannya akan terlihat ada selaput putih, dan itu yang khasnya (dari virus difteri),” jelasnya.
Jika gejala tersebut tidak langsung ditangani, lanjutnya, maka virus tersebut bisa menyerang jantung dan menyebabkan kematian.
”Jadi yang berbahaya dari penyakit ini adalah racunnya,” terangnya.
Jika dalam 3 hari tidak diberikan anti difteri serum, maka penyakit tersebut bisa menyerang jantung.
”Kalau tidak segera diberikan tindakan dalam waktu satu minggu bisa menyebabkan kematian,” bebernya.
Dia pun mengaku jika Dinkes bakal melakukan segala upaya untuk mengantisipasi meluasnya kasus difteri di Jabar.
”Sebenarnya untuk penyakit ini kita sejak puluhan tahun sudah punya imunisasinya. Jadi kalau imunisasinya lengkap insyaallah aman,” ucapnya.
Sementara untuk kasus di Desa Sukahurip (Garut), Dinkes bakal mealakukan pemberian vaksin.
”Rencananya (pemberian vaksin) pada 27 Februari (2023) dengan jumlah sasaran 10.733 mulai dari usia 2 bulan sampaikan dengan 15 tahun,” pungkasnya. (san)