BANDUNG BARAT – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat (KBB) menggencarkan pendataan jumlah cagar budaya.
Saat ini, sedikitnya ada 250 yang tercatat sebagai cagar budaya dan objek diduga cagar budaya di KBB.
Pamong Budaya Ahli Muda Subkoordinator Sejarah dan Cagar Budaya pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bandung Barat Asep Diki menyebutkan, di tahun 2023 ini ada penambahan untuk didaftarkan pada register nasional data pokok kebudayaan (dapobud) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Sekarang lagi register nasional ada 30 objek cagar budaya, kalau awal tahun 2021 lalu kita input 220 untuk didaftarkan regnas, sekarang nambah ada 30 cagar budaya, jadi totalnya 250,” kata Asep, saat dihubungi oleh Jabar Ekspres, Rabu (8/2/23).
Dari 250 yang ada dalam catatan Disparbud KBB itu sekarang sedang dilakukan pengkajian serta mengumpulkan bahan-bahan tertulis untuk diajukan sebagai cagar budaya. “Di kita itu kan banyaknya sumber lisan jadi sumber tertulisnya agak kurang,” jelasnya.
Oleh karenanya, Disparbud KBB juga rutin untuk mengirimkan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) untuk selalu mengupragde database yang ada.
“Sebagaimana peraturan pemerintah no 1 2022 tentang registrasi nasional dan cagar budaya. Kita ada tim pendaftaran yang turun langsung untuk menginput apakah ada penambahan atau tidaknya,” jelas Diki.
Diki juga menuturkan, saat ini seusai Stasiun Padalarang dan Radio Cililin yang sudah diajukan sebagai Cagar Budaya Tingkat Kabupaten, kini Taman Makam Junghuhn dan PN Kertas Padalarang akan diajukan juga sebagai Cagar Budaya Tingkat Kabupaten oleh Disparbud KBB.
“Rekomendasinya sudah ada tinggal proses di Bagian Hukum Setda KBB. Jadi, tinggal nunggu tandatangan pak bupati yang sekarang sedang umrah,” ucap Diki.
Pihaknya juga akan mengajukan Sinyal Water Toren di dekat Stasiun Padalarang untuk diajukan menjadi Cagar Budaya Tingkat Kabupaten serta Pusdiklat Passus yang memiliki beberapa bangunan zaman Belanda mulai dari mess untuk militer dan makam Belanda.
“Ada tambahan rumah sinyal ada water toren, yang terbaru itu ada dari Pusdiklat Passus, di sana Itu ada makam Belanda kemudian ada juga tempat latihan yang usianya lebih dari 50 tahun, ” terang Diki.