BANDUNG – BMKG merilis ancaman fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) atau aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis Jabar.
Kepala BMKG Kelas 1 Bandung, Teguh Rahayu meminta kepada masyarakat untuk tetap waspada soal ancaman cuaca buruk ini.
“Selain kejadian ENSO La Nina (fenomena), yang perlu diwaspadai adalah pengaruh global lain terhadap pola curah hujan di Jawa Barat,’ kata Teguh, Sabtu (4/2/2023).
Menurut dia, pengaruh global yang dimaksud yaitu IOD (Indian Ocean Dipole) yang indeks IOD mencapai -0,04 atau termasuk dalam kategori Netral. ’’Diprediksi akan tetap pada fase netral pada bulan Februari hingga Juli 2023,” ucapnya.
Untuk MJO sendiri, Teguh menambahkan bahwa fenomena tersebut saat ini tidak dalam kondisi aktif. Namun pihaknya memprediksi, akan aktif pada awal Dasarian 1 atau 10 hari di awal bulan Februari 2023.
“Sementara untuk gelombang tinggi dan pasang surut, berdasarkan analisis data sinoptik BMKG dan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara, itu dominan bergerak dari Utara – Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 5 – 25 knot,” ungkapnya.
Sedangkan untuk di Indonesia bagian selatan, kata dia, pola angin dominan bergerak dari Barat-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5 – 25 knot.
“Jadi kondisi ini menyebabkan potensi tinggi gelombang di Pesisir Selatan Jawa Barat hingga mencapai 4,0 meter, yang berlaku hingga tanggal 31 Januari 2023 pukul 07:00,” pungkasnya.
Sebelumnya, BMKG Klas 1 Bandung memprediksi bahwa puncak curah hujan di tahun 2023 akan terjadi pada bulan Maret.
’’Wilayah Bandung Raya saat ini sudah memasuki musim hujan sejak Oktober Dasarian I 2022. Sedangkan untuk puncak musim hujan di wilayah Bandung Raya sendiri ini diprediksi akan terjadi pada Januari 2022 hingga Maret 2023 nanti,” ujarnya.
Untuk diketahui, cuaca ekstrem di Jabar bisa mengancam terjadinya bencana alam. Mulai dari longsor, banjir, pergerakan tanah hingga angin puting beliung. Sehingga warga harus lebih waspada karena bisa terjadi kapan saja untuk menghindari korban jiwa. (san)