“Dana yang disiapkan awal itu sebetulnya Rp150 juta, tapi ada penundaan pemilihan waktu itu. Maka dana perhitungan awal jadi membengkak dan kalau ditotal mencapai sekitar Rp450 juta,” ucapnya.
Brayen menyampaikan, alasan dirinya rela mengeluarkan dana yang tergolong fantastis karena ingin benar-benar membangun dan mensejahterakan desa.
“Pengeluaran waktu itu murni dipakai buat kampanye. Kalau lihatnya buat cari uang ganti modal kampanye, gaji kepala desa itu kurang dan enggak bisa balik modal,” imbuhnya.
Modal dana kampanye yang dikeluarkan pada saat bersaing sebagai calon kepala desa, diakui menggunakan uang pribadi melalui penjualan berbagai aset tanah, kebun hingga penghasilan dari bisnisnya di bidang properti bangunan.
“Saya jujur waktu itu pakai uang pribadi, enggak minjem modal atau berjanji politik ke tim sukses. Setelah menjadi kepala desa saya gak punya hutang kepada siapapun,” Brayen menandasi.