Lukman bin Saleh
Beberapa waktu lalu saya melayat ke seorang tetangga yang meninggal. Sebelum meninggal. Dia sebenarnya sudah disarankan cuci darah oleh dokter. Sakitnya parah. Komplikasi. Tapi dia tidak mau. Dia pasrah. Terkait biaya. Saya duduk dg seseorang. Yg bercerita sakitnya sebenarnya sama dengan tetangga kami yg meninggal itu. Komplikasi. Mulai dari maag kronis. Ginjal. Macam-macam. Dia pernah sangat menderita. Kesakitan sepanjang hari sepanjang malam. Dia dibawa ke rumah sakit swasta mahal. Yang pelayanan dan fasilitasnya oke. Maklum dia salah satu orang kaya raya di desa saya. Saudagar Bugis. Yang dulu usahanya jual beli kayu. Diangkut dari Kalimantan, Sulawesi atau Sumbawa. Tapi sekarang dia berhenti. Usaha seperti itu sudah tidak bisa. Regulasi sudah beda. Sekarang dia fokus pada usaha mini market. Sekali kontrol ke RS dia menghabiskan uang sampai 7jt. Biaya semuanya. Dari konsultasi, tindakan sampai obat. 6 bulan dia bolak balik RS. Rata2 menghabiskan uang sebesar itu sekali kontrol. Satu hari dokter yg menanganinya mengajaknya bicara dari hati ke hati. Mungkin dokternya prihatin melihat dia harus mengeluarkan uang sebesar itu terus menerus. Dokter menyarankan agar dia berusaha tidak bergantung lagi pada obat2an. Caranya. Dia menjaga makanannya. Banyak hal yg dilakukan. Tapi yg saya ingat sejak saat itu tidak ada lagi gula dan minyak goreng di rumahnya. Hasilnya? Alhamdulillah. Dia tidak pernah lagi ke RS. Tidak sembuh total memang. Tapi keadaan perlahan membaik…
Kang Sabarikhlas
Jam 10an setelah senam²an, Cak Dadi’ndukun pijet ikut bonceng kerumah. Entah sbb kecewa lagi baca CHD hari ini, saya tiba² ngomel..”nek perkoro makan buah ndak usah ke Jakarte, belakang rumah kontrakku banyak pohon semalam buahnya berjatuhan”…”Durian ta Kang?” tanya Cak Di… “anu..Cak Di, Pencit sama Kedondong ijo atos”… “Kecut Kang!”… “Lho ini terapi fastfruit”… “ndakpapa Kang, asal ada kopi giras +rokok+lumpia”… Sampai dirumah istri ngomel “Nang, mana setopboknya?”. “anu Dik,..ndak ada yg 250rb.an, tinggal yg mahal”. istri ngomel lagi “waduh gakbisa nonton ‘Ikatan Layangan Cinta Putus”.. ganti Cak Di bersuara “Kang, minta setopbok di Kelurahan”..”Cak Di, kalau ndak masuk DTKS keluarga miskin ndak dapat Set Top Box gratis”..”halaa Kang, ada orang males ber-tahun² enak keluarganya dapat PKH, rumah jelek tapi bisa abonmen wifi, punya 2 laptop, 2 motor dan…”..”..sudah² Cak Di, jangan KaCeCe (kakean cocot) ada undang² IT lho, aku ini sedih uang SetTopBox tak bayarkan saham Perancis kalah”..duh.