Dalam 11 Bulan Ada 1.164 Kejadian Bencana di Jabar

Jabarekspres.com – Selama Januari hingga November atau dalam kurun 11 bulan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat ada sebanyak 1.164 kejadian bencana.

Dari jumlah tersebut, tidak seluruhnya diakibatkan oleh hidrometeorologi atau biasa disebut iklim dan cuaca.

”Jadi 1.164 kejadianitu secara keseluruhan, tidak hanya yang berkaitan dengan banjir, Longsor, dan angin kencang tapia da juga bencana ringan,” kata Kepala Pusdalops BPBD Jabar, Hadi Rahmat kepada para wartawan, Kamis 17 November 2022.

Dia menyebutkan, jumlah bencana yang diakibatkan oleh hidrometeorologi tercatat sebanyak 1.137 kejadian. ”Untuk tanah longsor sebanyak 478 kejadian, banjir 213, dan angin kencang sebanyak 437 kejadian,” sebutnya.

 

Siaga Satu

Mengacu pada jumlah bencana yang terjadi BPBD Jabar pun saat ini telah menerapkan status siaga satu terhadap bencana. Bahkan jika dilihat dari curah hujan saat ini, seluruh wilayah Jabar berpotensi akan terjadinya bencana.

”Kalau melihat kondisi saat ini hampir semua wilayah jabar turun hujan. Tapi untuk kebencanaannya sendiri itu karakteristik nya beda-beda (dimasing-masing wilayah). Seperti di Utara, itu lebih banyak banjir, kalau selatan itu lebih banyak longsor, dan di pertengahan seperti daerah Bogor itu ada banjir dan longsor,” bebernya.

Untuk mengantisipasi dampak bencana, BPBD Jabar berharap seluruh masyarakat meningkatkan kembali kesiapsiagaan terhadap bencana.

”Saya harap masyarakat tetap waspada dengan kesiapsiagaan dan tetap melakukan koordinasi dengan aparat kewilayahan (jika terjadi bencana),” terangnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa Barat (Jabar) memprediksi, selama satu pekan kedepan, sebagian besar wilayah Jabar akan mengalami curah hujan dengan intensitas tinggi.

Tim Prakirawan Stasiun Klimatologi BMKG Jabar, Irlando Kusumo menjelaskan, prediksi tersebut diakibatkan adanya beberapa fenomena yang masih bertahan seperti  La Nina.

Fenomena ini, lanjutnya, berdasarkan dinamika atmosfer juga. Dia mengaku, kondisi seperti saat ini baru terjadi.

”Karena yang harusnya kemarin kemarau, tapi kemaraunya itu basah. Jadi itu masih masuk kedalam periode La Nina (berkepanjangan). Tapi kemungkinannya nanti diperkirakan akan ada pada posisi netral di tahun 2023,” bebernya.

Selain fenomena La Nina, Irlaando mengatakan ada beberapa faktor seperti penambahan uap air, pembentukan awan, serta peningkatan curah hujan masih terjadi di sebagian wilayah Jabar

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan