Komoditas Holtikultura Akan Digenjot Lewat Program Kampung Buah

JABAREKSPRES – Komoditas holtikultura di Indonesia menghadapi tantangan tersendiri agar mampu bersaing dengan produk impor.

Salah cara untuk untuk meningkatkan kualitas Komoditas holtikultura adalah harus diselesaikan berbagai masalah mulai dari hulu.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan saat ini kementerian pertanian tengah melakukan penataan untuk meningkatkan komoditas Holtikultura.

‘’Tanpa perbaikan, produk hortikultura Indonesia akan kian tak bisa bersaing di kancah dunia, bahkan kalah dari negara tetangga,’’ kata Prihasto dalam keterangannya, Rabu, (15/11).

Menurutnya, ada empat poin untuk membenahi komoditas holtikultura, pertama, produk holtikultara harus memperhatikan kebutuhan pasar dengan memperhatikan sisi kualitas dan kuantitas.

Dia mengaku, pernah didatangi oleh eksportir manggis. Eksportir itu mencari lokasi petani produsen manggis. Eksportir membutuhkan sebanyak 200 ton manggis untuk dikirim ke pembeli di China.

Prihasto lalu menyebutkan nama daerah yang sedang ada panen raya. Bergegas eksportir itu menuju lokasi sekaligus membawa truk.

Akan tetapi 200 ton manggis itu sulit didapatkan dan baru bisa terkumpul setelah eksportir mendatangi 40 desa. Jatuhnya juga mahal harga manggisnya.

Jika dibandingkan dengan Thailand, negara itu telah berhasil mengembangkan durian dengan melakukan ekpor keberbagai negara.

‘’Kebutuhan 500 ton durian untuk ekspor dapat dikumpulkan hanya dalam waktu satu hari saja,’’ ujarnya.

Tantangan kedua, produk dari Indonesia belum bisa menjaga kualitas. Sebab masih tingginya kandungan bahan kimia berbahaya dalam produk hortikultura.

Kandungan kimia yang dimaksud antara lain pestisida dan logam berat masih banyak ditemukan oleh produk Holtikultura yang dihasilkan oleh para petani.

Tantangan ketiga adalah, kuantitas tanaman holtikultuta=ra di Indonesia masih terbi;lang rendah. Contohnya, produk Bawang Merah mesih menhasilkan 9 ton per hektarnya.

‘’Ini kan masalahnya ada di bibit. Jadi, bagaimana caranya agar peneliti kita bisa menghasilkan penemuan bibit yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman,” tutur Prihasto.

Tantangan keempat, yaitu masalah aksesibilitas dan transportasi. Maslah ini, harus kita cari jalan keluarnya.

Untuk menjawab masalah itu, Kementan saat ini sudah mengembangkan program kampung hortikultura.

Di dalam program ini, ada pengembangan buah-buahan lewat kampung buah. Program ini untuk mendukung perkembangan dan meningkatkan daya saing hortikultura Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan