Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Desa Ancam Tak Terlibat Pemilu 2024

BANDUNG BARATWarga desa Kabupaten Bandung Barat tampak geram dengan kondisi jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki. Saking kesalnya, aksi protes pun terus mengalir di beberbagai desa dengan cara menanam pohon di tengah jalan. Bahkan, warga desa tersebut mengancam tidak akan terlibat dalam pemilu 2024.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), Aan Sopian hanya meminta warga desa agar bersabar dan menahan diri. Sementara perbaikan jalan rusak belum ada tanda-tanda realisasi.

“Saya minta kepada masyarakat bersabar dulu, kita sedang berproses terutama terkait ketersediaan anggaran,” ujar Aan saat dihubungi Jabarekspres.com, Rabu 8 November 2022.

Berdasarkan Data Dinas Pekerjaan dan Tata Ruang (PUTR) KBB, ada sekitar 78.83 KM jalan rusak dengan kondisi parah di KBB. Sedangkan sepanjang 45.19 KM jalan dengan kondisi rusak parah dan rusak ringan.

Aan pun menjelaskan belum ada alokasi anggaran di tahun 2023 mendatang untuk perbaikan jalan rusak tersebut.

“Belum ada pengalokasian anggaran untuk tahun 2023, sekarang masih menginventarisir kebutuhannya berapa,” jelasnya.

Terpisah, Budayawan KBB Rahmat Jabbaril menanggapi aksi protes warga Kabupaten Bandung Barat tersebut. Ia menilai hal hajar warga melakukan protes dengan aksi menanam pohon pisang di jalan rusak.

“Jaman dulu, jika ada yang mati karena dibunuh, karena kejahatan atau kecelakaan. Mayat yang tergeletak itu biasanya ditutup daun pisang. Berangkat dari itulah jadi kebiasaan,” kata Rahmat.

Menurutnya, tidak ada kaitan filosofis apapun dengan kematian itu, melainkan sudah menjadi kebiasaan masyarakat.

”Karena praktis saja. Daun pisang itu lebar dan mudah didapat. Nilai filosofisnya tidak ada hubungan dengan kematian itu. Karena kebiasaan saja. Jadi semacam simbolis,” ungkapnya.

Rahmat juga mengamini dengan masyarakat protes menanam pohon pisang itu mengandung makna yang dalam mengenali protes rakyat selain kebiasaan.

Selain itu menurut Rahmat, di budaya Sunda batang dari pohong pisang sering menjadi alas untuk menancapkan wayang dan sering juga dipakai untuk memandikan mayat.

“Pohon pisang, gebognya bisa dijadikan alas nancebin wayang atau jadi alas wayang golek. Juga Gebog pisang, sering dipake untuk mandiin mayat,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan