Hidup Fanatisme

 

Agus Suryono

PERKARA PUTRI.. PUTRI. Yang Sambo. Sudah diserahkan kepada Kejaksaan. PUTRI. Yang Pinto. Belum ada tanda-tanda dilanjutkan, pemuatannya di Disway. @Kelanjutan pemuatan PUTRI PINTO masih MISTERI. Baik Metro maupun TV One tidak menyinggung sama sekali. Mungkin yang tau hanya MAS DUR.

 

abu fida

Abah, bagaimana dengan mas Dur…? banyak yang kangen loh

 

zidanee11

Saya tdk setuju hanya 6 tim yg hrs ditingkatkan keamanannya. Persis vs PSIM juga semakin meruncing permusuhannya. Sampai Di Jogja sering ada anak2 muda sweeping mobil plat solo, apa hubungannya coba? Menurut saya, Klub hrs mengalokasikan dana untuk edukasi kpd suporter, supaya nonton bola di stadion lebih nyaman, seru, dan beradab

 

Lagarenze 1301

Ini kritik dan masukan untuk tim TI Disway, yang kapan hari disebut dikelola anak SMK. Saya perhatikan, komen terpilih saat tayang berubah format. Dari awal sampai akhir hanya satu alinea. Padahal, komen asli ada yang terbagi dalam beberapa alinea. Di sekolah, kita diajarkan untuk menulis satu alinea dengan satu pokok pikiran. Di koran cetak (tempo doeloe), diajarkan menulis alinea tidak berpanjang-panjang. Satu alinea cukup plus-minus 30 kata untuk menyesuaikan dengan ukuran kolom koran. Di media online (jaman now), diajarkan menulis alinea lebih pendek lagi, cukup satu-dua kalimat untuk menyesuaikan dengan tampilan HP. Komen pilihan Disway yang panjang dan tanpa alinea sangat tidak nyaman dibaca. Apalagi, kalau penulis sangat kikir memberi titik dan hanya sedikit koma. Apatah lagi, kalau penulis komen memang tidak mau terikat dengan aturan alinea. Jika ada pembaca ngos-ngosan sampai putus napas, hayooo siapa bertanggungjawab (begitu yang dulu sering difatwakan redaktur kepada reporternya). Untunglah tulisan Pak DI tayang dengan alinea. Akan sangat repot membacanya jika tanpa alinea Soalnya, Pak DI sangat suka menulis kalimat pendek, yang saking pendeknya bahkan sering tidak mematuhi PUEBI.

 

hariri almanduri

Sejatinya sepak bola adalah tontonan keluarga yg menyenangkan. Persebaya menjadikan Via Valen sebagai icon agar Bonek tdk hanya bercerita tentang serunya nggandol pick up tentara yg hampir ngguling saja, tapi bisa juga bercerita senyum ceria Bonita yg tak kalah serunya dlm mendukung bledug ijo. Di Malang pun demikian. Ahmad wahyudi tanpa ragu mengajak istri, anak, menantu, cucu dan ketiga keponakannya menonton laga besar Arema Vs Persebaya. Karena sejatinya bola adalah menyenangkan. Tapi sekarang ibu sulastri, istri pak wahyudi, bertanya mengapa harus ada gas air mata ditribun? Istri pak eko bertanya pula mengapa harus ada tendangan maut kungfu panda? Dan sekarang kata buk aku pamit nonton arema menjadi kata yg paling horor bagi ibu ibu di Malang

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan