Hidup Fanatisme

 

Forsandy Kurniawan David

Mohon maaf kalimat terakhir tidak akan ada pengaruhnya buat p-o-l-i-s-i (saya tulis begini karena sudah males menyebutnya), sambo yang begitu terangnya saja tidak ada pengaruhnya apa- apa sampai detik ini. Tragedi kanjuruhan level bencananya diatas sambo dunia ikut komentar pun tadi pagi waktu bayern tanding, suporter bayern pasang spandung tulisannya “jelas 100 orang lebih di bunuh oleh polisi”. tapi pagi ini yang muncul adalah berita ditemukannya 42 botol miras disekitar stadion. “Haduh..”, penyelidikan apapun susah sekali untuk mempercayainya. entah bencana besar apalagi yang ditunggu. butuh berapa nyawa lagi yang melayang untuk p-o-l-i-s-i ber-transformasi. mari tanyakan pada rumput di stadion kanjuruhan.

 

Juve Zhang

Anak muda dari Jakarta mau nonton Persija di GLB Bandung, pas masuk di tanya KTP oleh Bobotoh, dilihat KTP Jakarta lalu di keroyok mati. Sebuah kisah yg tak masuk akal sehat.datang ke stadion mau nonton hiburan atau mau Bunuh orang.? Semoga kedua pihak Bobotoh dan Jackmania mengikuti langkah Aremania dan Bonek,. Pis ,pis, pis ,pis , pis ,pis ,pis itu bahasa olahraga untuk damai.

 

Orang jauh

#51 Anu Abah DI, Minta tolong sampaikan ke Presiden Persebaya (yang Abah DI tahu nanamya): tulisan Rebu-an nya sekarang sering bolos (tgl 21 prei, tgl 28 gak jelas, ehh tanggal 5 ini belum muncul).

 

Mirza Mirwan

Gas airmata. Itulah yang digunakan polisi saat menangani kerusuhan di Estadio Nacional Lima Peru, 1964, yang menelan korban 328 jiwa. Itu pula yang diandalkan polisi Ghana saat terjadi kerusuhan di Accra Sports Stadium, 2001, yang merenggut nyawa 126 orang. Lagi-lagi gas air mata pula ysng menewaskan (versi Kompas tadi malam yang lengkap dengan nama korban) 131 orang. Dan masih bisa bertambah lagi. Yang terjadi di Peru, juga di Ghana, kerusuhan terjadi sebelum pertandingan usai. Dua-duanya karena kekecewaan suporter salah satu tim terhadap wasit. Di Lima, Peru, saat pertandingan Pra Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina kedudukan 1-0 untuk Argentina. Di menit 84 Peru bisa menyamakan kedudukan, tetapi gol Peru dianulir wasit dari Uruguay, Angel Eduardo Pazos. Suporter Peru marah, turun ke pinggir lapangan. Polisi menembakkan gas air mata. Penonton kalang-kabut. Pintu stadion tertutup semua — karena pertandingan memang belum berakhir. Kejadian di Ghana juga sama, semua pintu masih tertutup. Lain cerita dengan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Pertandingan sudah berakhir. Hanya gegara suporter lari ke lapangan, polisi lsngsung menembakkan gas airmata. Padahal, mustahil suporter Arema mau ngamuk ke pemain klub pujaannya, bahkan pemain klub lawan sekalipun. Dan hanya satu pintu yang dibuka. Padahal dalam regulasi FIFA semua pintu keluar harus sudah dibuka dua menit sebelum pertandingan berakhir.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan