agus rudi Purnomo
oooooo. Salah tata kelola toh, saya kira sebaliknya, ternyata Oposite, lawan katanya, seperti permainan di Outbond, Perintahnya ke kanan, tapi geraknya ke kiri, seperti motor Emak-emak sein kanan belok kiri….WKWKWKWK….LOL….Republik Democarzy hanya di kuasai golongan 4P, yaitu Penguasa, Petugas, Pengusaha, Preman Mafia…..
Muin TV
Orang yang sudah “menjual” negara kok risau dengan negara, yang katanya tidak maju-maju. Pinjam kata-kata Komarudin Simanjuntak, “apa yang keluar dari mulut saya. Sampai kiamat pun tak akan saya cabut.” Jadi sama. Apa yang sudah dijual oleh Laksamana Sukardi, sampai kiamat pun tak akan kembali. Salam waras.
daeng romli
“Kebiasaan Laksamana Sukardi tdk mau diundang oleh Menteri BUMN penggantinya ternyata menular kpd Abah DI. Pendapat saya klo mau undang seseorang itu harus tahu kesenangan dr seseorang yg akan diundang itu. Misal utk mengundang Abah DI, gak usah acara yg muluk2 , bilang saja ini undangan Ngincipi Durian Musangking versi “magetan” (klo ada) yg diawali dgn Bawor, Petruk dll. …rasanya sih Abah gak atek mikir dowo2 ….jawabnya Berangkattttt……
Johannes Kitono
Partai Banteng berbusa sempat dikudeta di Medan tahun 1996 yang diikuti dengan Peristiwa 27 Juli 1996. Rakyat banyak yang bersimpati kepada Ketum Megawati Soekarno. Partai tsb mulai populer dan lucunya banyak preman preman didaerah justru jadi Ketuanya. Numpang panggung dan ikut ikutan berpolitik, semacam euforia. Pada saat itu Laksamana Sukardi ( LS ) ex Citibanker masuk ke jajaran DPP ikut membenahi manajemen partai tsb. Dan LS yang terkenal memiliki integritas tinggi tentu menghadapi benturan dari ring satu Ibu Ketum. Khususnya dari TK , suami ibu Ketum yang banyak kolega bisnisnya. Dan LS cs seperti Roy Janis mengundurkan diri dari Partai Banteng. LS yang pernah menjadi Menteri BUMN dan malahan sempat dibully ketika keputusannya menjual Kapal Tanker yang sedang dibangun di Korsel. Untuk bayar hutang supaya aset Pertamina di USA tidak disita. Buku Panca salah perlu ada catatan kaki bahwa Laksamana Sukardi, banker plus politisi dengan integritas tinggi lahir di Indonesia pada waktu atau era yang “Salah ”