Merdeka Kepundungan

 

Er Gham

Bukan masalah sipil atau militer yang menempati posisi di pemerintahan. Dulu memang banyak TNI yang menjadi gubernur atau bupati. Saat ini, yang penting adalah orang yang waras dan jujur. TNI memang telah kembali ke barak. Tapi ketika sipil yang ambil alih posisi, banyak juga yang tidak waras. Kita lihat korupsi merajalela saat reformasi ini. Berapa banyak kepala daerah yang ditangkap KPK. Itu yang ketahuan, yang kena OTT. Tidak tahu berapa yang masih tiarap dan berhasil menyembunyikan modusnya.

 

Muin TV

Kemarin pengacara Brigadir J bilang, duit Brigadir J di rekeningnya sebanyak 200 juta, ditransfer ke salah satu tersangka, 2 hari setelah kematiannya. Coba tanya ke kopral kepala di TNI, adakah mereka punya tabungan sebanyak itu? Dari situ saja sudah kelihatan. Berapa “meriah” kehidupan polisi.

 

Mbah Mars

Baru saja nonton upacara HUT Kemri di Istana. Bintang kemeriahannya adalah penyanyi cilik Farel Prayoga. Sampai-sampai Prabowo dan Sri Mulyani pun ikutan joget di panggung bersama si penyanyi cilik. Demikian juga para tamu undangan. Larut dalam joget dan goyang.

 

hadi sutrisno

Terus berjuang agar benar benar merasa MERDEKA. Tidak perlu mengeluh ataupun menghujat. Tibo Tangi Maneh

 

Lukman bin Saleh

Agak susah membayangkan seorang brigadir memiliki tabungan beratus2 juta. Lebih susah lg membayangkan pin ATM nya d ketahui atasan. Entah bagaimana hubungan diantara mereka hingga yg susah2 itu bisa terjadi dg mudah. Jangan2… hmmm

 

Mirza Mirwan

Kasus Duren Tiga seharusnya menjadi momentum bagi Polri untuk menjadikan Polri sebagai institusi yang PRESISI. Meminjam cerita dalam puisi naratif Dante Alighieri, Divina Commedia (Divine Comedy), sebelum terjadi Kasus Duren Tiga, sebenarnya Polri berada di Inferno, neraka. Segala hal yang tak patut dilakukan anggota Polri telah merajalela, tanpa disadari. Dengan adanya Kasus Duren Tiga ini para petinggi Polri baru sadar. Sekaranglah saatnya Polri memasuki Purgatorio, api penyucian, membersihkan institusi Polri dari tikus dan rayap, nyamuk dan lalat, semua pengkhianat yang mencemari Polri. Kalau itu semua sudah dilakukan barulah Polri bisa memasuki Paradiso, surga, menjadi institusi yang PRESISI, yang terbebas dari semua hal yang tercela di mata publik. Terlalu utopis, memang, karena di institusi kelolisian manapun di dunia ini pasti ada oknum yang brengsek dan bedebah. Tetapi masih bisa ditoleransi, asalkan bukan di tingkat perwira, apalagi perwira tinggi.

Tinggalkan Balasan