JabarEkspres.com, CILEUNYI – Mendekati peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, sebanyak 72 anggota Negara Islam Indonesia (NII) deklarasikan cabut baiat.
Kembalinya puluhan eks anggota NII memeluk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu menunjukkan bahwa ideologi yang diakui hanya satu, yakni Pancasila.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bandung, Adjat Sudrajat, mengatakan bahwa kelompok NII merupakan cikal-bakal munculnya paham radikal.
Dia menegaskan, upaya dalam memberantas paham tersebut di wilayah Kabupaten Bandung salah satunya dengan melakukan sosialisasi kebangsaan di setiap kecamatan.
“Itu saya koordinasikan dengan pak Kapolresta (Bandung), Densus 88 dan dengan institusi lain,” kata Adjat saat ditemui di Kantor Desa Cileunyi Kulon, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (14/8).
Gaungan deklarasi dari 72 eks anggota paham tersebut cukup menggema di dalam ruangan yang berukuran sekiranya 10×10 meter itu, seakan memberitahukan keteguhan dan bulatnya tekad mereka untuk kembali memeluk NKRI.
Deklarasi mencabut baiat yang diikuti oleh 72 eks anggota paham tersebut, diketahui dilakukan atas dasar kesadaran diri mereka tanpa ada paksaan.
Mereka pun secara bersamaan berdiri dan mengucapkan Pancasila, sebagai bukti kembalinya memeluk NKRI. Tak hanya itu, lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya turut digemakan.
Adjat menerangkan, untuk para mantan anggota NII yang sudah mencabut baiat dan kembali mengakui NKRI dengan ideologi Pancasila, akan diberikan pembinaan.
“Ada pembinaan pelatihan, saya serahkan ke Disnaker (Dinas Ketenagakerjaan) untuk diberikan pelatihan dan dikerjakan sesuai keahlian masing-masing,” terangnya.
Adjat menegaskan, bagi para anggota paham tersebut yang masih tergabung, namun berkeinginan keluar barisan dan kembali pada NKRI tak perlu khawatir terkait keamanan serta keselamatannya.
“Itu jelas (dipastikan keamanannya) karena sudah disistemkan dari pihak Kepolisian dan TNI,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Cileunyi Kulon, Mulyadi mengakui bahwa pergerakan NII tergolong sulit diketahui, sehingga siapa saja yang masih tergabung tak bisa dipastikan meski berada di wilayahnya.