Bima Arya Tekankan Pentingnya Arsip Untuk Masa Depan

JabarEkspres.com, BOGOR – Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kearsipan Arsip Nasional RI (ANRI) menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penyelenggaraan Kearsipan Bagi Pimpinan Lembaga Kearsipan provinsi se-Indonesia di Hotel Salak The Heritage, Kota Bogor, Rabu (27/07). Kegiatan itu, diikuti Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan se-Indonesia.

Kepala Pusdiklat Kearsipan ANRI Widarno mengatakan bahwa saat ini urusan kearsipan semakin penting bagi seluruh lembaga pemerintah. Pasalnya, dari arsip yang tertata rapi bisa menyajikan data dan informasi yang valid untuk pelayanan publik, untuk perizinan dan untuk pengambilan keputusan bisa lebih cepat dilakukan.

“Di diklat ini kami memberikan wawasan yang berkaitan dengan arsip. Arsip ini bukan sekedar manajemen atau cara menata arsip, tetapi arsip itu harus dipahami sebagai bukti akuntabilitas, bukti pertanggungjawaban, bukti hukum, dan arsip itu merupakan memori bangsa,” katanya.

Dia menyampaikan, ANRI juga mempunyai program penguatan budaya nusantara dari arsip. Artinya, kata dia, kekayaaan budaya ini harus dibuktikan dengan adanya arsip-arsip yang tercipta, yang terbit pada masa lalu. Dan jangan sampai kekayaan ini hanya didengar dan hanya dari lisan saja namun harus ditelusuri.

“ANRI sudah punya program itu, registrasi memori kolektif bangsa jadi memori catatan sejarah, catatan budaya, dan seluruh lembaga pemerintah, masyarakat yang tersebar di Indonesia akan dicatatkan ke ANRI,” jelasnya.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, hal itu sangat penting dan akan mendorong arsip memori suatu daerah yang akan bermanfaat di masa depan.

Dia bercerita, pada masanya dulu di Bogor berdiri Kerajaan Hindu terbesar. Yakni, kerajaan Pajajaran. Namun tidak ada dokumen resmi yang menunjukkan di mana ibu kota kerajaan Pajajaran itu.

“Ada yang bilang Kebun Raya ada juga yang bilang di Batutulis. Kita kehilangan banyak jejak sejarah karena bencana dan juga karena kultur arsip, literasi yang tidak kuat alias kultur kita itu lisan atau mendongeng,” paparnya, Kamis (28/07).

Dia mengenang saat sedang mengenyam pendidikan di luar negri. Ketika S2 di Monash University Australia pada 1996 silam, sambung Bima, di perpustakaan kampus terdapat satu ruangan khusus buku-buku dari Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan