Jimmy Marta
Empat hari yg berbeda. Pak muhajir sebagai menag ad interim sudah mencabut keputusan yg mencabut izin ponpes assidiqiyah jombang. Dibolehkan beroperasi lagi setelah izin nya dicabut. Hanya empat hari. Peristiwa duren sawit hari2 ini heboh setelah terjadi empat hari lewat. Empat hari kadang terasa cepat kadang teŕasa lambat.
agus budiyanto
Dulu sering lihat film silat Cina yang isinya perkelahian karena balas demdam. Sekarang baca Disway isinya, dendam tujuh turunan warga Cina kepada kakek, ayah Abe.
Budi Utomo
Gunung bahasa Jepangnya Yama. Kanji / Hanzi 汉子 nya Shan 山. Sedangkan Gami yang artinya Above / Up / Beyond bahasa Mandarin atau Hanzi nya Shang 上. Yamagami = Mountain Up Above. Tetsuya = Che Ye 彻也. Sorry kalau saya menulis aksara Che 彻 nya pakai Simplified ala Tiongkok bukan Traditional ala Taiwan. Arti Che 彻 adalah to penetrate / menembus , to pierce / menusuk. Konon aksara kunonya (yang bukan Simplified ataupun Traditional) terdiri dari simbol kendi tanah liat dan simbol tangan yang memukul hancur pot tanah liat itu. Che 彻 = Tetsu. Ye 也 = Ya 也 (Jepang) = also, too, either. Tetsuya = Tembus Juga. Yang ditembus adalah tubuh Shinzo Abe. Btw, Shinzo Abe kalau membubuhkan tandatangan memakai aksara Mandarin : Anbei 安倍 = Abe (nama marga) dan Jinsan 晋三 (nama pribadi). Anbei / Abe artinya Kedamaian 安 Berlipatganda 倍. Jin 晋 artinya to promote, to increase, promotion, increasement. Promosi, Peningkatan. Jinsan 晋三 artinya promosi tiga (kali?). Shinzo = Jinsan memang dipromosikan tiga periode berturut sebagai Perdana Menteri Jepang.
Ahmad Zuhri
Setelah melihat video nya.. kelemahan pengawalnya terlihat jelas, ada suara aneh/tidak seperti suara tembakan pada umumnya kurang cepat reaksi nya untuk segera melindungi obyek.. Terus sepertinya tidak ada yg bawa Bomb Blanket untuk keamanan obyek.. Medan terbuka seperti itu sangat rawan untuk keselamatan obyek.. kecuali ada sterilisasi setiap bangunan dan orang yg hadir.. Demikian..
Agus Suryono
PLUS MINUS MASYARAKAT NEGARA MAJU.. Umumnya cerdas, tapi kering spiritualitasnya. Begitu ketemu “tokoh” yang tahu “kebutuhan” masyarakat seperti itu. Maka akan timbul “kultus” yang berlebihan. Percaya berlebihan. “Demand” ketemu “supply” yang “dirasa cocok”. Meski berlebihan. Padahal yang cocok hanya “promo” nya. Atau “kecap” nya. Kayaknya mirip “case” ultah di tanah air. Yang lagi bermasalah. Masyarakatnya sudah sadar. Sudah “krasa”. Sebagian. Tapi ustadnya belum “merasa”.. Atau “pura” tidak tahu.