Dari Perpustakaan sampai Menumbuhkan Minat Baca Siswa Gerakan Literasi di SMKN 6 Bandung

Mereka lantas melihat kerja-kerja di perpustakaan, berdiskusi soal pengelolaan, sampai pada bertanya mengenai informasi hibah buku.

“Kami juga mengirim surat ke pusat bahasa Kemendikbud, ternyata mereka merespon. Mereka pun mengirim buku. Dengan satu kali mengirim surat,” paparnya.

Pencarian buku pun dilakukan dengan mendatangi pameran-pameran. “Serta bertanya ke Gramedia. Sama, mendapat respon baik.”

Tidak tanggung-tanggung, raksasa industri buku tersebut mengirimi 50 kotak besar. Buku pun melimpah ruah, sekalipun hanya 5 judul buku.

Lantaran kelebihan stok eksemplar tersebut, para pustakawan sekolah lalu memutuskan untuk balik menghibahkan. “Kami ke Jakarta, mendonasikan buku di sebuah yayasan (literasi).”

Tak dinyana, para pustakawan menerima timbal balik. “Mereka mempersilakan kami mengambil 600 judul buku.”

Setelah perjalanan panjang itu, Ernawati mengatakan, pada akhirnya dari ratusan buku yang terkumpul berakhir manis. Lebih dari 3.000 judul berhasil didapatkan.

“Jadi dari tahun 2018 mulai dibenahi. Bahkan dari 300 buku, bukan judul buku. Kami bisa akreditasi, mula-mula kami dapat akreditasi B,” kata Ernawati.

“Lalu berkembang dan ada monitoring dari Jakarta, terlihat ada peningkatan, diinformasikan dari Dispusipda, kami memiliki akreditasi A,” tambahnya.

Semenjak itu, perpustakaan SMKN 6 Kota Bandung mulai hidup. Gerakan literasi sekolah benar-benar bergerak.

Buku-buku pengayaan, literasi, referensi mulai mewarnai rak-rak dari perpustakaan dua lantai tersebut.

“Anak-anak banyak berkunjung. Meminjam buku selain buku pelajaran. Buku novel, penunjang pembelajaran, dan sebagainya. Buku paket hanya singgah aja di sini,” ujarnya.

Ternyata para siswa juga, lanjut Ernawati, sangat antusias untuk membaca. Bahkan membacanya dengan hobi.

“Dengan adanya buku pengayaan dan buku referensi. Siswa juga banyak ke sini. Dulu kan gak ada. Sekarang ada, diolah oleh kami. Klasifikasi dan tanda-tanda,” bebernya.

Bahkan, menurutnya untuk saat ini minat baca berangsur membaik. Malahan, ucap Ernawati, terdapat siswa yang selalu membawa buku.

“Beberapa anak, selalu membaca buku. tidak lagi bergantung pada gadget. (Melihatnya) sangat senang,” jelasnya.

Dia mengaku, semua hal tersebut tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Selain kesadaran tiap pengelola tiap perpustakaan, mesti ada komitmen pula dari pimpinan sekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan