JABAREKSPRES.COM – Pernikahan antara manusia dengan binatang sepertinya sedang menjadi tren, kalau di Indonesia ada seorang lelaki menikahi seekor kambing betina, di Mexico City juga ada seorang walikota yang nikahi seekor buaya betina.
Kisah ini langsung menghebohkan publik, pasalnya prosesi pernikahan dilakukan secara meriah. Bahkan melalui upacara dengan pesta musik tradisional dan warga yang menari-nari. Pengantin wanita seekor buaya betina juga didandani dengan baju pengantin putih, dan diarak keliling desa.
Pernikahan walikota dengan buaya betina itu didukung oleh warganya. Orang-orang yang hadir memohon kepada pemimpin adat untuk mengesahkan pernikahan tersebut dengan ciuman.
Sebagaimana yang dikutip dari Reuters, Wali Kota San Pedro, Huamelula Victor Hugo Sosa menjalani prosesi pernikahan tersebut pada Kamis minggu lalu, dengan cara mencium moncong buaya kecil pengantinnya.
Mulut buaya itu sendiri sudah diikat untuk menghindari gigitan yang tidak diinginkan. Ritual pernikahan kemungkinan berasal dari berabad-abad ke masa pra-Hispanik di antara komunitas adat Chontal dan Huave negara bagian Oaxaca, seperti doa memohon karunia alam.
“Kami meminta hujan yang cukup kepada alam, untuk makanan yang cukup, sehingga kami memiliki ikan di sungai,” kata Sosa, walikota desa nelayan kecil di pantai Pasifik yang beruap di Oaxaca.
Oaxaca merupakan wilayah yang terletak di bagian selatan Meksiko, bisa dibilang negara terkaya dalam budaya asli dan rumah bagi banyak kelompok yang dengan keras kepala mempertahankan bahasa dan tradisi mereka.
Ritual kuno di San Pedro Huamelula, yang sekarang bercampur dengan spiritualitas Katolik, melibatkan mendandani buaya atau caiman dengan gaun pengantin putih ditambah pakaian warna-warni lainnya.
Reptil berusia tujuh tahun, yang disebut sebagai putri kecil, diyakini sebagai dewa yang mewakili ibu pertiwi, dan pernikahannya dengan pemimpin setempat melambangkan penyatuan manusia dengan dewa.
Saat terompet dibunyikan dan drum memberikan irama yang meriah, penduduk setempat membawa pengantin buaya di tangan mereka melalui jalan-jalan desa saat para pria mengipasinya dengan topi mereka.
“Ini memberi saya begitu banyak kebahagiaan dan membuat saya bangga dengan akar saya,” kata Elia Edith Aguilar, yang dikenal sebagai ibu baptis yang mengatur pernikahan.