Tiga Gerakan Literasi Dispusipda Jabar

Jabarekspres.com, Bandung – Dalam meningkatkan budaya kegemaran membaca, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusipda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) sudah sedari lama melakukan tiga gerakan literasi.

Di antaranya, gerakan literasi sekolah, keluarga, dan masyarakat. Hal ini diungkapkan Pustakawan Utama Dispusipda Jabar, Ahmad Hadadi, kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (1/7).

“Mulai dari gerakan literasi sekolah. Jadi, di setiap sekolah, harus melakukan gerakan literasi,” ucapnya.

Gerakan literasi demikian, kata Ahmad, menumbuhkan budaya baca sebelum melaksanakan pembelajaran. “Sekarang, minimal harus baca buku dulu 15 menit.”

Dia menambahkan, Jabar pun menjadi provinsi pertama di Indonesia yang berhasil mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Adapun Gerakan tersebut bernama West Java Leaders Reading Challenge (WJLRC).

“Bekerja sama dengan Australia. Pemenangnya, yakni yang lebih banyak baca buku dan bisa mengekspresikan dalam bentuk storytelling atau tulisan,” ungkapnya.

Selanjutnya, para pemenang berkesempatan menerima reward istimewa. “Selain dalam bentuk medali, lalu ada pertukaran siswa dan guru dengan pemerintah Australia. Itu sudah berlangsung cukup lama,” imbuh Ahmad.

Tak berhenti di sana, gerakan literasi yang paling mendasar adalah mulai dari keluarga. Gerakan ini masih terus digencarkan oleh Dispusipda Jabar.

Pihaknya, lanjut Ahmad, bahkan menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (DP3AKB) dalam menjalankan program gerakan literasi tersebut.

“Ibu punya peran yang sentral. Sejak dalam kandungan, sudah dibiasakan membaca. Itu merupakan bagian dari literasi,” ujarnya.

Sementara itu, gerakan literasi yang ketiga, yakni dengan adanya Taman Baca Masyarakat (TBM). Menurutnya, dampak yang amat terasa adalah keberhasilan Dispusipda Jabar mengentaskan masalah buta huruf.

“Kawan-kawan sudah melakukan upaya-upaya terobosan. Sampai ke pelosok-pelosok, ada yang pakai sepeda, motor, bahkan micro library (perpustakaan kecil) dengan kendaraan roda tiga,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, hal tersebut diupayakan demi terciptanya masyarakat yang paham literasi. “Masyarakat berdasarkan ilmu pengetahuan, jangan berdasarkan prasangka. Ditambah juga literasi secara digital,” tandasnya.

Bersamaan, Pustakawan Madya, Siti Mulyani menuturkan, ketiga gerakan literasi tersebut diharapkan bisa meningkatkan indeks literasi pada masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan