Saat pertama kali dengar, tentu saja aku sedih. Aku jadi mempertanyakan,
- “Jadi, apakah aku memang lebay?” ,
- “Apakah yang aku lakukan kemarin Salah?”,
- “Apakah memang kalau anak aku mendadak dicolek orang asing, harusnya aku diam saja?” ,
- “Atau mungkin harusnya aku merasa bangga karena itu artinya anak aku lucu, jadi orang lain sampai berani mencolek?”
Lalu, aku terdiam. Dan mulai membayangkan, jika kemarin aku memilih diam, karena takut dibilang lebay, aku rasa aku akan,
- Ngomel-ngomel sendiri, cerita ke suami ku, “Papi, tahu nggak, tadi tuh anak kita di colek orang?!? Ih kesel banget aku tuh!!!!” Dan omelan aku akan Hal ini akan terus berlangsung berhari-hari ke depan.
- Mulai cerita-cerita ke teman dekat dan keluarga, “Haduh, aku tuh kmrn mengalami Hal yang nggak menyenangkan. Masa anak aku dicolek orang asing. Udh cara liatnya aneh lagi. Huhu, aku kemarin harusnya negor dia ya.. hadehh.. kenapa aku diem aja. At least aku tegor Kali ya?”
- Kesal pada diri sendiri, karena nggak melakukan apa-apa, Dan terus berandai-andai, “Andai kemarin aku tegur orang itu.”
——
Kemudian, kembali aku tersadar, bahwa setiap orang yang memberi komentar itu pada dasarnya memperlihatkan nilai-nilai apa yang dipegang dalam hidupnya. It’s not about me, it’s about them.
Sedangkan ini adlh nilai diriku, yg aku refleksikan dengan bersikap Dan bertindak sesuai dengan nilai yang aku yakini.
Aku meyakini bahwa se “remeh” catcalling dan becandain cewek aja adalah bentuk pelecehan and I HAVE TO STAND UP FOR THAT. Apalagi kalau udah masalah anak. Kita sendiri, mendadak dicolek orang asing, bisa ngamuk. Apalagi kalau anak kita yang dicolek orang asing. Anak nggak bisa bela dirinya. KITA BISA.