Ketua Umum

edi hartono
Satu warung mie ayam bakso di sini biasanya menjual mie ayam 7.000 dan bakso 8.000. Sekarang semua naik 1000. Jadi mie ayam inflasi 14,3℅ dan bakso inflasi 12,5℅. Gpp lah, cuma seribu, gak kerasa, kira2 seperti itulah pemikiran pembeli. Namun, bagi penjual, sesungguhnya kenaikan harga puluhan persen adalah hal yg membahagiakan. Misalkanlah omzet 100jt/bln maka kenaikan harga 10℅ saja berarti kenaikan keuntungan sebesar 10jt/bln; tentu saja dikurangi kenaikan inflasi harga bahan bakunya juga. Singkatnya keuntungan pedagang naik kalau dia bisa menyesuaikan inflasi bahan baku ke kenaikan harga jual produknya. Kalau gitu, yg rugi siapa dong? Yg rugi ya karyawan yg gajinya tdk naik. Atau petani yg harga hasil sawahnya tdk naik. Bagi anda yg karyawan dan gaji tdk naik, mulai sekarang siap2 saja jawaban, karena suatu saat nanti istri anda protes minta kenaikan uang belanja, wkwk.

Juve Zhang
Ada minyak murah dari Russia, kenapa gak beli dari sana?. Ber tahun tahun Pemerintahan an zaman sebelum Ir.Genius Jokowi tak mau buat Kilang pengolahan Minyak, kenapa? Anda tahu “menggemukan” lebih penting dari kemandirian kilang, Singapura sangat senang dengan kilang nya sibuk, datanglah sang Genius, babat habis “pemborosan” mulailah buat kilang Tuban dengan minyak Russia.akan dibuat kilangnya keburu perang. Tiongkok beli banyak minyak Russia langsung di Gas Pol mumpung murah, India ikutan beli, Tiongkok mengurangi beli minyak Saudi. Eropa beli ke Saudi jadi seimbang lah. Kilang Dumai, Cilacap, Balongan apakah mampu mengolah minyak Russia, konon sedang di modifikasi. Russia beri diskon gede buat Tiongkok,India, Pasti’nya Indonesia juga, karena friendly countries.wkwkwkwkwk.

Lena Wati
O. Tnyata gak gampang ya Bah jd Pemimpin Negri. Melepas subsidibinflasi naik,auto kemiskinan naik. Mempertahankan subsidi APBN tergerus ratusan s/d 500T. Aplg kl salah sasaran. Jd inget Bah, mBok yao yg ingin jd Pemimpin Negri nanti inget kami2 ini , jng krn nafsu berkuasa , salah kebijakan pula pun jg tdk simpati thdp si”miskin” . Demikian jg “Pengusaha” yg sdh terlanjur kaya, mBok ya o utang ke negara jnglah di “kemplang”, kasihanilah kami2 yg sdh ber “usaha” nrimo ing pandum pun tdk ke “pandum”an kebijakan “Air Menetes”. Jng sampai “Air Mata” kami yg selalu menetes, mempertahankan dapur ngebul.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan