Apa Itu Imposter Syndrome? Apa Tanda-tandanya? Ini Penjelasannya

Jabareskpres.com- Apakah kamu gampang cemas, tidak percaya diri, bahkan mudah frustasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar diri sendiri? Jika ia mungkin kamu mengalami imposter syndrome. Apa itu  imposter syndrome? Apa gejalanya? Berikut penjelasannya.

Istilah Imposter syndrome merupakan suatu kondisi psiskis ketika seseorang merasa tak pantas untuk memperoleh kesuksesan yang telah ia capai.

Orang yang mengidap sindrom ini sangatlah takut bila suatu saat ada orang-orang yang  menganggap dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mendapatkan keberhasilannya.

Impostor syndrome sebenarnya tidak masuk dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), yang berarti sindrom ini tidak tergolong penyakit mental.

Banyak penelitian menunjukan bahwa sindrom ini bnayak ditemui di masyarakat luas. Sindrom ini biasanya diikuti dengan gejala cemas bahkan depresi.

 

Tanda-tanda imposter syndrome

Sindrom ini sering dialami oleh orang-orang yang ambisius. Mereka merasa bahwa keberhasilan yang mereka raih bukanlah karena kemampuan mereka, tetapi cuman kebetulan saja.

Berikut gejala dari sindrom ini adalah

  • gampang cemas
  • tidak percaya diri
  • tidak mampu menilai kompetensi dan keterampilan diri secara realistis
  • mudah frustasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar yang ia tetapkan sendiri
  • senang menyabotase kesuksesan sendiri
  • cenderung perfeksionis
  • selalu menghubungkan kesuksesan dengan faktor eksternal

orang-orang yang mengidap sindrom ini banyaj ditemukan pada orang yangtubuh besar dilingkungan yang menilai bahwasanya prestasi itu penting.

Orang-orang yang berasal dari kaum minoritas, misalnya dari segi ras, suku, latar belakang ekonomi, atau jenis kelamin juga lebih mungkin mengalami sindrom ini.

Tak hanya itu, biasanya sindrom ini juga menyerang para lulusan baru atau fresh graduate yang akan melanjutkan karirnya di dunia pekerjaan.

Lulusan baru ini akan merasa bahwa dirinya belum pantas menjadi seorang profesional karena merasa tidak kompeten, meskipun sebenarnya memiliki kompetensi tinggi.

Meskipun berhasil, ia akan berpikir satu-satunya alasan yang menyebabkan kesuksesan itu terjadi karena ia telah begadang semalaman untuk mengerjakannya.

Jika ia bekerja dalam tim, ia merasa bahwa keberhasilan itu adalah buah hasil usaha rekan kerjanya.

Tinggalkan Balasan