BANDUNG – Meninggalnya Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril menyisakan duka mendalam bagi kedua orang tuanya, Ridwan Kamil dan Atalia Praratya juga sang nenek.
Kesedihan mendalam itu juga tampak dirasakan nenek Emmeril Kahn Mumtadz bernama Tjutju Sukaesih.
Di momen pemakaman Emmeril Kahn Mumtadz, sang nenek menyampaikan kata-kata terakhirnya terhadap sang cucu kesayangannya itu.
“Eril. Saya mengharapkan dan mendoakan Eril bisa muncul kepermukaan karena dia lahir di Benua Amerika dan kejadian di Benua Eropa,” kata Tjutju Sukaesih di lokasi pemakaman, Senin (13/6).
Kala pertama Eril dikabarkan hilang, sang nenek selalu berdoa kepada Allah agar Eril secapatnya ditemukan.
Bahkan dalam doa yang dipanjatkan Tjutju Sukaesih selama 14 hari Eril hilang, ia memohon kepada Allah, Eril bisa dimakamkan di Indonesia.
“Dan takdirnya seperti yang kita saksikan. Tapi saya mohon bisa dikuburkan di Benua Asia. Dan sekarang kita saksikan tempat Eril dikuburkan. Dan doa saya terkabul,” ujar sang Nenek.
Setelah jenazah cucunya itu ditemukan pemerintah Swiss, Tjutju Sukaesih kemudian menitipkan kain kafan kepada anaknya, Ridwan Kamil yang kala itu terbang ke Swiss.
Di akuinya, kain kafan itu sudah disiapkannya, yang memang kain kafan tersebut dikhususkan untuk Emmeril Kahn Mumtadz.
“Dan saya telah menitipkankain kain kafan kepada anak saya (RK) pada saat di Swiss untuk mengkafani beliau,” ujarnya.
Selain itu, Tjutju Sukaesih merasa iri atas meninggalnya Eril. Di mana, Eril kerap didoakan baik oleh jutaan manusia di belahan Indonesia.
“Alhamdulillah pelajaran bagi saya sebagai neneknya. Bahwa saya belum tentu seperti Eril lakukan,” tuturnya sembari terisak tangis. (pojoksatu-red)