Kasus PMK di Kota Bandung Terus Bertambah, Begini Kata DKPP

BANDUNG – Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengatakan saat ini ada enam kelurahan yang terduga terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Bandung. Pihaknya tengah menunggu pasokan obat dan vaksin dari pemerintah pusat.

Berdasarkan data terbaru DKPP per 9 Juni 2022, yang termasuk adalah Kelurahan Cisurupan dan Palasari di Kecamatan Cibiru, kelurahan Babakan Ciparay dan Sukahaji di Kecamatan Babakan Ciparay dan kelurahan Caringan dan Cigondewah Kaler di Kecamatan Bandung Kulon.

“Dari Kelurahan Cisurupan itu, ada 69 ekor yang terdiri dari sapi perah 42 ekor, sapi potong 23 ekor. Kalau yang terduga (menunggu hasil tes, red) berjumlah 83 ekor, sapi perah 35 ekor, 48 ekor sapi potong. Palasari yang terduga 42 ekor sapi potong,” ujarnya saat dihubungi, Senin (17/6).

“Babakan Ciparay awal itu ada 48 ekor dari jumlah yang terduga awalnya 84 ekor, yang mati satu ekor, dipotong bersyarat satu ekor. Dan dari 48 ekor, 31 ekornya sudah sembuh. Itu seluruhnya sapi potong. Kalau Kelurahan Sukahaji yang terduga hanya sapi potong, ada 51 ekor. kalau Kelurahan Caringin, tertular 33 ekor sapi potong, dan Cigondewah itu satu ekor sapi potong,” sambungnya.

Gin Gin mengungkapkan, sapi yang dinyatakan terduga terjangkit PMK, akan segera dipisahkan dari sapi sehat lalu diisolasi di kandang khusus. “Kita berikan pengobatan dengan pengawasan dokter. Mulai dari injeksi, pemberian vitamin dan penyembuhan luka di area sekitar mulut dan kaki, dan dari situ prosesnya lambat laun nafsu makannya tumbuh kembali,” terangnya.

Ia menambahkan faktor penunjang penyembuhan adalah makanan. Sebab terlambat makan atau tidak, nafsu makan hewan ternak adalah penyebab jatuh sakit, didukung dengan pengobatan dan karantina.

Saat disinggung mengenai pengobatan, Gin Gin mengatakan, sebagian obat-obatan berasal dari Pemerintah Kota dan dikhawatirkan tidak mencukupi kebutuhan karena pesatnya laju pertumbuhan PMK.

“Kita punya persediaan walaupun memang kalau melihat perkembangan kasus ini (obat) tidak cukup. makanya kita juga sedang menunggu dari Pemprov, dan sementara memang peternak yang mampu mereka mengadakan atau memasok (obat-obatan) sendiri,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan