JAKARTA – Dedi Mulyadi kembali bersuara keras untuk melindungi wilayahnya dari kerusakan lingkungan akibat keserakahan hasrat manusia.
Dedi menantang Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk membuka data seluruh perusahaan yang terbukti merusak alam.
“Baik perusahaan swasta dan negara yang merusak alam, dibuka saja,” kata Dedi Mulyadi, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan eselon 1 KLHK.
Maksud Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menantang KLHK bukan tanpa alasan. Dirinya ingin rakyat mengetahui data seluruh perusahaan swasta dan negara yang terbukti melakukan perusakan alam di Indonesia.
Hal tersebut diharapkan bisa menjadi acuan pemerintah, menjadikan perusahaan mana yang patut dipertahankan tidak merusak lingkungan.
Dalam rapat RDP dengan Eselon I KLHK awalnya Dedi mengingatkan agar perencanaan anggaran tidak fokus pada belanja saja. Ia berharap KLHK bisa memfokuskan satu anggaran untuk menyelesaikan satu permasalahan minimal satu dalam setahun.
KLHK harus membuat konstruksi yang jelas seperti kerusakan hutan di mana, berapa titik kritis, kerusakan lingkungan paling parah di mana, sungai tercemar yang mana, kemudian dibuat fokus untuk penanganan.
“Jadi setiap tahun ada problem solving yang dibuat KLHK,” ujar Kang Dedi di gedung senayan, Kamis (9/6).
Selain soal anggaran, Dedi juga menekankan agar KLHK memberikan penjelasan yang komprehensif mana yang lebih untung antara perusahaan pengelola atau mengurus hutan dengan yang merusak hutan.
Dirinya tidak main-main, menantang KLHK mengumumkan perusahaan swasta dan pemerintah yang melakukan perusakan alam atau merawat alam.
Misal BUMN mana saja yang rugi, kerusakan alam apa yang disebabkan oleh BUMN rugi itu, bisa jadi BUMN-nya rugi alamnya rusak.
Kemudian mana perusahaan swasta atau negara yang mengelola alam tapi dapat untung. Dari situ KLHK memberikan rekomendasi pada presiden terkait kebijakan negara di bidang lingkungan hidup.
“Sehingga negara tinggal memilih mau yang merusak atau merawat alam,” tegas Kang Dedi.
Jangan sampai, kata Dedi, kerusakan alam yang terus terjadi akan ‘meledak’ dan menjadikan tahun 2022 sebagai tahun bencana nasional.
Ia mencontohkan beberapa waktu lalu berkunjung ke Garut saat terjadi bencana banjir bandang. Setelah dilakukan analisa ternyata hal tersebut diakibatkan oleh lahan hutan yang menjadi kawasan perkebunan hortikultura.