Jabarekspres.com – Fenomena buzzer yang kini kerap menjadi pembahasan turut disorot Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Anggota Komisi I DPR RI Al Muzzammil Yusuf menjadi salah satu yang memberikan penilaiannya atas keberadaaan buzzer itu.
Al Muzzammil Yusuf mengatakan kehadirannya sebagai pendengung menjadi saluran utama suara pemerintahan di era masa kini.
Kehadiran buzzer, menurut Anggota Komisi I DPR RI itu, merupakan fenomena new media atau industri media baru yang mulai muncul belakangan ini.
Lebih lanjut, dia menilai peran buzzer sangat penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga pemerintah perlu mengawasinya terutama yang berpotensi dapat merusak kedaulatan bangsa.
“Pemerintah harus bersikap adil kepada setiap buzzer yang berpotensi memecah belah suatu bangsa,” kata Politisi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
“Jangan pilih kasih karena ini permaslahan kedaulatan bangsa Indonesia,” ucap Al Muzzammil Yusuf menambahkan.
Legislator dari daerah pemilihan (dapil) Lampung I ini menambahkan, buzzer menjadi diperlukan sejumlah pihak di era sekarang.
Karena, kata dia, media massa yang mainstream diasumsikan tidak sepenuhnya bisa dikontrol oleh penguasa atau negara.
Kendati demikian, Anggota Komisi I DPR RI itu juga menilai, saat ini masih terjadi pemberitaan informasi yang asimetris dengan sistem demokrasi karena industri media mulai terjerat ke lingkaran kartel politik.
Menurut dia, saat ini para oligarki yang menguasai ekonomi, industri media, dan politik secara tak langsung memberi dampak kepada arus peredaran informasi.
“Belakangan ini kan ada buzzer yang tidak memihak pihak tertentu ditangkap tetapi sebaliknya yang sudah jelas membuat kegaduhan tidak ditangkap jadi jelas saya rasa jangan pilih kasih,” imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Buzzer merupakan istilah baru sejak media sosial marak digunakan.
Istilah ini dikenal sebagai salah satu aktor paling penting dalam penggalangan opini di dunia maya yang menjalankan fungsi pemasaran untuk menjual sebuah produk.
Strategi pemasaran yang diterapkan para buzzer secara umum, terbagi dua yaitu melalui kampanye negatif dan positif.
Hanya saja, pemakaian istilah itu di media sosial cenderung diidentikkan dengan penggunaan strategi kampanye negatif sehingga membuat istilah tersebut terkesan negatif.