Harga Telur Naik Lebih Awal, Pedagang Keluhkan Penurunan Omzet hingga Peredaran Telur Infertil

BANDUNG – Harga telur di Kota Bandung merangkak naik lebih awal dari biasanya, para pedagang telur di pasar tradisional kerap mengeluhkan penurunan omzet dan peredaran telur infertil.

Salah satu pedagang di Pasar Gedebage, Komarudin mengatakan, harga telur ayam sudah naik sejak dua pekan terakhir.

“Sudah lama naik, kira-kira ada dua mingguan. Dari posisi terakhir waktu habis lebaran (harga) gak terlalu tinggi, kisaran Rp26.000. Sekarang naik di angka Rp29.000 per kilo. Ini naiknya lebih awal banget, biasanya nanti naik dekat-dekat Idul Adha,” ujarnya kepada Jabar Ekspres, di Pasar Gedebage Kota Bandung, Kamis (2/6).

Dia menambahkan, kenaikan harga ini membuat omzet usaha miliknya turun sekitar 20-30 persen. “Kami juga selaku pedagang omzetnya berkurang. Penurunan omzet sekitar 20-30 persen, bisa dilihat sendiri kondisi pembeli di sini (sepi),” keluhnya.

Selain pembeli yang sepi, ia menuturkan, pengurangan kuantitas pembelian telur juga sering dilakukan pembeli.

“Pelanggan jelas komplain, yang biasa membeli beli dua kilo jadi sekilo. Yang sekilo jadi setengah,” imbuh Komarudin.

Tak hanya itu, ia turut menyayangkan penyebaran telur infertil yang kerap beredar di pasaran saat harga melonjak naik. Pasalnya, harga telur tersebut lebih murah dan diburu pembeli saat harga melonjak, tetapi akan lebih cepat busuk dari telur ayam biasa.

“Kita yang biasa jualan telur biasa gini dengan adanya telur putih (infertil) itu kewalahan juga, sebenarnya menurut informasi, telur putih itu memang yang seharusnya ditetaskan, tapi pada kenyataannya telur itu dijual di pasaran. Telur itu tidak layak konsumsi karena kadaluarsanya itu cepat, hanya empat hari,” jelasnya.

Masih di tempat yang sama, Aldi Riyanto, pedagang telur lainnya mengatakan bahwa para pedagang berharap pemerintah segera menstabilkan harga telur dan memberi sosialisasi akan acuan hukum tentang penjualan telur infertil.

“Kita dari pedagang telur harapannya segera distabilkan. Terus penjualan telur infertil itu sebenarnya seperti apa. Dalam hal ini harus ada penjelasan. Karena gak adil juga, kadang-kadang masyarakat gak tahu, telur (infertil dan biasa) itu sama, jadi mohon diluruskan,” bebernya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan